Bandung, Bewarajabar — bank bjb merupakan salah satu Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia yang mencatatkan performa baik di masa pandemi sepanjang 2020. Hal tersebut di antaranya tercermin dari pertumbuhan positif berbagai aspek, mulai dari total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), total kredit, hingga Non-Performing Loan (NPL) yang senantiasa terjaga di angka rendah.
Direktur Keuangan bank bjb Nia Kania mengatakan, hal tersebut dikarenakan bank bjb memiliki model bisnis yang telah teruji melampaui berbagai kondisi krisis–mulai dari krisis 1998, 2008, hingga pandemi 2020–dan terus diterapkan hingga saat ini. Meskipun di 2020 industri perbankan secara umum mendapat tekanan khususnya pada rentabilitas dan kualitas kredit, secara umum angka konsolidasi total aset bank bjb tumbuh 14% di 2020, menjadi Rp140,9 Triliun.
“Hal tersebut berada di atas industri perbankan nasional yang tumbuh 7,18% dan kelompok BPD yang tumbuh 6,64% selama 2020,” ungkap Nia dalam webinar bertajuk Know Your Company yang diselenggarakan Mandiri Sekuritas, Selasa (20/04/2021).
Selain itu, Nia memaparkan, pertumbuhan positif juga terlihat dari total DPK yang tumbuh sebesar 19,15% menjadi Rp106,5 Triliun, total kredit yang tumbuh sebesar 9,08% menjadi Rp95,2 Triliun, dan NPL yang masih berada di level baik, yakni 1,4%. Keseluruhan aspek di atas tumbuh di atas rata-rata perbankan nasional dan kelompok BPD sepanjang 2020.
“Selain itu rentabilitas atas kinerja bjb juga menunjukan angka positif, dimana nett interest income tumbuh positif sebesar 6,8% year-on-year menjadi Rp6,5 Triliun, nett income tumbuh 8% year-on-year menjadi Rp169 triliun, dan nett interest margin di angka 5,4%,” ungkapnya.
Dengan besarnya likuiditas yang tersedia, Nia mengatakan, sepanjang 2020 bank bjb juga mengoptimalkan return melalui surat berharga yang telah mendorong peningkatan gain on financial statemet sebesar 488,6% atau setara 474 M. Dari sisi rasio, return on equity (ROE) bank bjb masih terjaga di angka 14,3% , yang bahkan lebih baik dibanding 2019 yakni sebesar 13%.
“Hal ini merupakan pencapaian bank bjb yang luar biasa sepanjang 2020,” ungkapnya.
Oleh karena prestasi tersebut, bank bjb diganjar sejumlah penghargaan sepanjang 2020, meliputi predikat The Most Resilience Bank in Pandemic versi Bisnis Indonesia Award 2020, serta The Best Bank of 2020 kategori Regional Development Bank Buku III Majalah Investor. Total, terdapat 56 penghargaan yang telah diraih bank bjb.
Berbekal strategi yang berhasil menghantarkan bank bjb menjadi bank resilien selama pandemi, di 2021 bank bjb juga menargetkan pertumbuhan yang positif di seluruh aspek. Nia memaparkan sejumlah target yang akan berupaya dicapai di tahun ini.
“Di 2021, kami proyesikan pertumbuhan kredit di angka 8% hingga 9%, pertumbuhan DPK di angka 9% hingga 10%, NPL terus dijaga di 1,5% hingga 1,7% dan cost of fund bisa tertangani di 4% hingga 4,5%, serta coverage ratio di 100% hingga 140%,” ungkapnya.
Terkait penyaluran kredit, Nia mengatakan, pihaknya menjadikan pertumbuhan kredit korporasi dan finansial yang cukup baik di 2020 sebagai pijakan. Di tahun ini, bank bjb akan kembali berfokus pada penyaluran kredit di proyek-proyek pemerintah, BUMN karya, dan sindikasi-sindikasi infrastruktur.
“Kami pilah dengan hati-hati, fokus penyaluran kredit di korporasi dan komersial akan lebih banyak di proyek pemerintah, BUMN karya dan infrastruktur. Ke depan, hal ini masih terus kami tumbuhkan tanpa meninggalkan captive market kami di segmen consumer. Begitu pula halnya dengan UMKM yang terus kami kembangkan melalui berbagai produk kredit UMKM bank bjb,” ungkapnya.
Dalam webinar tersebut, perjalanan bank bjb sejak awal berdirinya di 1961 dibahas secara singkat. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Tbk adalah BPD pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2010, dengan kode emiten BJBR.
“Bermodalkan IPO tersebut, kami saat ini memiliki aset sebesar Rp140,9 Triliun dengan jaringan tersebar di 14 provinsi di seluruh Indonesia,” ungkapnya.
Pada saat IPO, Nia mengatakan, bank bjb melepas 25% sahamnya pada publik dengan harga penerbitan Rp600 rupiah dan nilai nominal 250 serta total nilai emisi Rp1,45 Triliun. Saat ini, komposisi kepemilikan bank bjb adalah Pemerintah Provinsi Jawa Barat (38,18%),
Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Jawa Barat (24,03%), Provinsi Banten (5,29%),Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Banten (7,87%), dan publik (24,64%).