Siang itu, di hari Jumat tanggal 14 Agustus 2020, gerimis turun membasahi bumi. Dari jembatan Desa Rancamanyar Baleendah Kabupaten Bandung, yang terbentang di atas Sungai Citarum, terlihat pemandangan yang begitu indah. Berdiri di atas jembatan yang pilar-pilarnya terbuat dari besi, membuat mata dengan leluasa memandang Sungai Citarum seolah tak berujung. Panjang seperti liukan ular naga. Warnanya keemasan dan membuat gelembung-gelembung kecil tertimpa air hujan yang tetesannya mulai terasa menerpa wajah.
Di sebelah kanan kiri sungai, pohon-pohon cemara dan pohon lainnya yang belum begitu tinggi, nampak menghiasi bagian atas bantaran sungai. Dua bulan yang lalu, sekira bulan Juni penulis melewati jembatan ini sepulang mengantar teman, pemandangannya masih belum seperti itu walau penanaman pohon sudah dilakukan.
Apalagi dua tahun sebelumnya. Pertengahan tahun 2018 penulis pun sempat melewati jembatan ini bersama rombongan komunitas. Saat itu warna air sungainya tidaklah keemasan. Warnanya sungguh tak sedap dipandang mata, meski sudah nampak kegiatan pengangkatan sedimentasi. Tapi masih terlihat kotor. Waktu itu memang program Citarum Harum baru beberapa bulan berjalan. Pabrik-pabrik walau sudah mendapat teguran dari Satgas Citarum Harum untuk tidak membuang limbah cair langsung ke sungai, masih saja membandel.
Seorang rekan penulis sempat terperosok masuk parit, yang disangkanya tanah datar, ternyata parit yang tertutup hamparan sampah. Baunya minta ampun, bau busuk yang begitu menyengat hidung. Terpaksa rekan itu lekas-lekas mencari toilet masjid untuk mandi dan berganti pakaian.
Kini penulis begitu menikmati pemandangan di atas bantaran Sungai Citarum. Meski hujan sudah mulai menderas, nampak para Satgas Citarum Harum tetap bekerja. Di sebelah kiri bantaran, nampak kegiatan pengangkutan sampah dari atas bantaran dan ranting-ranting pohon yang berguguran ke sungai. Di sebelah kanan bantaran sungai, nampak pria paruh baya berpakaian tentara yang dari kejauhan terlihat dominan daripada anggota Satgas lainnya yang berpakaian tentara dan berpakaian biasa.
Di tengah siraman hujan yang kian menderas, pria itu berjalan dari ujung bantaran yang satu ke bantaran lainnya. Di ujung sebelah timur terlihat beberapa persemaian tanaman sayuran, drum-drum, dan kolam. Pria itu tampak antusias memperhatikan setiap detail obyek yang dihampirinya. Sekali-kali terdengar suaranya yang beraksen Jawa memberi instruksi atau menanyakan sesuatu.