Bandung, Bewarajabar.com – Puluhan warga yang kontak erat dengan pasien Tuberkulosis (TB) diedukasi cara pencegahan dan pengobatan penyakit TB melalui Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) di Aula Pabrik Tahu NJ, Kelurahan Sukahaji, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung, Kamis 6 Juni 2024.
Kegiatan ini bertujuan untuk menurunkan angka penularan, kesakitan dan kematian akibat TB. Edukasi ini merupakan kolaborasi Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dan tim United States Agency for International Development (USAID) Prevent TB bertajuk Tatap Muka Edukasi Manfaat dan Guna Terapi Pencegahan Tuberkulosis (Temu TPT).
Kepala UPT Puskesmas Sukahaji, Moh. Ali Mamora mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk skrining dan edukasi kepada masyarakat terkait terapi pencegahan TB.
Ia mengungkapkan, terduga pengidap TB di wilayah Kelurahan Sukahaji dan Babakan mencapai 160 orang.
“Kita cari kontak erat keluarganya dan lingkungan tetangga agar cepat diobati. Kita undang 40 orang kontak erat penderita TB,” katanya.
Ia mengatakan, Puskesmas Sukahaji menjadi satu dari enam Layanan di Kota Bandung untuk perencanaan kegiatan komunikasi TPT dan menjadi lokus kegiatan Social Behavior Change Communication (SBCC).
Sebagai informasi, SBCC atau komunikasi perubahan perilaku sosial adalah pendekatan yang ditargetkan dan strategis dengan tujuan untuk meningkatkan penggunaan terapi pencegahan TBC (TPT) dengan mendorong perubahan perilaku positif di antara populasi berisiko.
“Kita ingin mencegah penularan TB. Ini adalah kegiatan pertama di Kota Bandung dan merupakan pilot project. Semakin banyak yang membantu Puskesmas Sukahaji, kami semakin senang. Kami yang pertama didukung oleh USAID dalam pencegahan TB,” ungkapnya.
Pada kesempatan ini para peserta yang merupakan warga yang kontak erat dengan pasien diberikan edukasi dan informasi akurat serta komprehensif tentang TBC, penularannya, dan pentingnya terapi pencegahan kepada kontak serumah pasien TBC.
Para peserta juga menjalani pemeriksaan TBC seperti tes kulit tuberkulin (TST) atau mantoux test.
“Dengan jumlah penduduk yang banyak dan kasus yang tinggi, kita tidak mungkin bekerja sendiri. Mudah-mudahan kegiatan ini bisa berhasil. Hari ini semua keluarganya bisa diperiksa,” ujarnya.
Sementara itu, Provincial Coordinator USAID Prevent TB, Sis Silvia Dewi mengatakan, TB penyakit bisa disembuhkan melalui pengobatan, dan dapat dicegah melalui Terapi Pengobatan Tuberkulosis (TPT) dengan rezimen obat yang sudah ditentukan sebagai upaya eliminasi TB.
Ada tiga intervensi TB yang akan dicapai. Pertama adalah penemuan kasus harus mencapai 90 persen, success rate atau keberhasilan pengobatan harus mencapai 80-90 persen, dan pemberian TPT TB. Terapi Pencegahan Tuberkulosis ini salah satu strategi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI dan sedang digencarkan.
“Pemberitan TPT ini sangat penting dilakukan dan diikuti oleh masyarakat terutama bagi mereka yang kontak erat dengan pasien positif TB untuk menurunkan angka insiden kasus,” katanya.
Ia menyatakan, hasil skrining banyak masyarakat yang kontak erat atau serumah dengan penderita TB sudah terpapar mikobakterium meskipun tidak sakit atau menunjukan gejala.
Untuk itu, USAID Prevent TB bermaksud mengadakan kegiatan TEMU (Tatap muka Edukasi Manfaat dan Guna) TPT di Fasilitas Kesehatan di Kota Bandung untuk mendorong perubahan perilaku positif di antara populasi berisiko.
“Pemberian TPT justru menyasar kepada mereka yang tidak sakit namun sudah terpapar oleh mikobakterium TB, agar bisa dicegah. Jika dibiarkan lambat laun mereka akan positif TB ketika imun tubuh menurun, tentu akan membahayakan kesehatan,” ujarnya.
Ia menuturkan, mekanisme TPT yang dilakukan pertama melalui skrining kepada keluarga pasien yang kontak langsung dengan pasien positif Tuberkulosis. Lalu melakukan pendampingan langsung dan sosialisasi dengan melibatkan stakeholder.