KOTA BANDUNG – Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Supriyatno menyeret bupati dan wali kota mengubah pola pikir manajemen kebaruan agar lebih berorientasi pada pertentangan yang diperbandingkan pascabencana.
“Mundur dari anggaran yang lebih besar,” ujar Supriyatno, Minggu (8/12/19).
Tagihan darurat, tagar, serta edukasi masyarakat melalui kampanye. “Anggaran membuat logistik sangat penting, tetapi tidak kalah penting buat perlawanan. Logikanya, jika bencana dapat dicegah, otomatis biaya pemulihan tidak akan keluar alias dapat dihemat, ”kata Supriyatno.
Supriyatno melihat tren di pemerintah kabupaten / kota anggaran pemerintah gapnya terlalu lebar dengan anggaran pascabencana. “Harus sudah mulai diseimbang. Pola pikir kita tentang bencana harus diubah, ”imbuhnya.
Seruan Kepala BPBD berkaca dari banjir bandang di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jumat (6/12/19) sakit. Diketahui Kertasari merupakan dataran tinggi sekitar 1.700 meter di atas permukaan laut dengan suhu minimum 12 derajat celcius.
Menurut Supriyatno, banjir di dataran tinggi berbahaya bandang yang lebih berbahaya dibandingkan banjir dataran rendah. Arusnya yang dapat membawa material apa saja dari pendaratan seperti kayu dan sampah.
“Di Kertasari, selain ada satu SD terendam, diterbitkan dua sepeda motor dan empat unit mobil terbawa arus. Ini merugikan, ”sebut Supriyatno.
Banjir bandang di Kertasari menandakan Lingkungan di daerah dekat telah rusak. Kertasari berbatasan di sebelah utara dan selatan dengan Kabupaten Garut, sebelah timur dengan Kecamatan Pacet, sementara sebelah barat dengan Kecamatan Pangalengan.
“Kita melihat bencana di dataran tinggi seperti Kertasari dan Pangalengan mulai sering terjadi akhir-akhir ini. Kita tidak boleh menutup mata yang dimaksud dengan alam semakin dirusak yang disebut pembangunan. Jangan sampai benteng terakhir Jabar ini juga akhirnya jebol, ”kata Supriyatno.
Kolaborasi pun harus dilakukan. Supriyatno mencontohkan DAV Citarum wilayah Bandung Utara (KBU), Caringin Tilu di Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung yang akan digelar, Senin (9/12/19).
Acara ini melibatkan BNPB, Pemdaprov Jabar, bupati / wali kota Bandung Raya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI yang dipersiapkan dengan mengumpulkan budaya yang melibatkan seniman dan budayawan Jawa Barat. Rencananya akan ada penanaman bibit pohon produktif dan peluncuran e-Tanam.
“Pencegahan bencana yang seperti ini harus direplikasi di kabupaten / kota lain,” kata Supriyatno.
Nihil Korban
BPBD Jabar sudah berkoordinasi dengan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG). Didapat informasi itu selama November – Desember ini Jabar beralih musim pancaroba peralihan dari kemarau ke hujan. Ditandai dengan hujan tinggi yang tidak terbatas dan durasinya pendek, dan sifatnya yang tinggi petir dan angin puting beliung.
Bersamaan dengan banjir bandang di Kertasari, BPBD juga telah menerima laporan bencana di daerah lain Kabupaten Bandung. Banjir di Jalan Kamasan (Banjaran – Soreang); tanah longsor di Desa Mekarsari, Pasirjambu; Angin kencang di Desa Bojong Malaka dan Rancamanyar. Satu laporan lagi dari Kabupaten Purwakarta, tanah longsor di Desa / Kecamatan Wanayasa. Sementara di Kabupaten Garutantikan tanah longsor di Desa Girimukti, Kecamatan Pamulihan.
“Dari semua bencana yang dikeluarkan alhamdulillah tidak ada korban jiwa,” sebut Supriyatno. (*)