Sambil berlari kecil karena hujan kian menderas, penulis pun masuk mobil, segera mengarahkan roda menuju bantaran sungai sebelah kanan. Begitu turun, mata penulis tertumbuk pada jajaran penjual kuliner yang dengan ramah menawarkan jualannya.
“Silahkan, mie kocoknya Bu. Mau coba seblaknya Bu. Es kelapanya segar Bu,” begitulah celoteh para pedagang dari kios-kios kecil yang berjajar di atas bantaran.
Saat penulis bertanya di mana Pak Purwadi Dansektor 7, serempak para pedagang tersebut mengarahkan tangannya menunjuk ke bawah bantaran. “Di sana tuh, lagi di kolam ikan,” jawab mereka hampir bersamaan. Rupanya sosok Dansektor 7 ini begitu akrab dan dikenal para pedagang kuliner dan masyarakat sekitar.
Penulis pun melupakan ingin mencicipi jajanan mereka. Makan mie kocok kesukaan. Mengingat Hari Jum’at dan jam sudah menunjukkan pukul 10.15, penulis bergegas menuju tangga, dan menuruninya di tengah tetesan air hujan. Sudah lama Bandung tidak hujan, tapi hari Jum’at itu langit disaput mendung dan turun hujan.
Sesaat mata mencari, penulis tak mengalami kesulitan menemukan orang yang dicari. Mata penulis langsung bisa mengenalinya dari pangkat yang tersemat di pundak dan nama yang tertulis di dadanya, “Purwadi”. Kolonel Kavaleri Purwadi Dansektor 7 Citarum Harum.
“Assalamualaikum, Selamat Siang Ndan! Wah rajin sekali nih Dansektor, hujan-hujanan, lagi apa nih,” sapa penulis yang dijawab dengan ramah seraya mengulurkan tangan salam komando menyambut kedatangan penulis.
“Alhamdulillah hujan, berkah. Ini lagi bersih-bersih. Memantau ikan-ikan dan tanaman Mba,” ujarnya seraya mengajak penulis melihat budidaya ikan air tawar dan tanaman yang menghiasi bantaran sungai.
Discussion about this post