Saat ini, 2/3 warga Jabar membutuhkan bantuan di tengah-tengah anggaran daerah.
Bandung, Bewarajabar.com – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengatakan, “memengaruhi ekonomi-sosial dari pandemi COVID-19 membuat kurang lebih 2/3 dari total jumlah Jabar yang membutuhkan bantuan negara.
Untuk itu, Kang Emil –sapaan Ridwan Kamil – berujar demi kepekaan atau solidaritas sosial diperlukan untuk membantu sesama, khususnya bertepatan momentum bulan suci Ramadhan.
“Dari kaca mata kami (Pemerintah Daerah Provinsi Jabar), narasi perubahan sosial kedaruratan (berubah) menjadi solidaritas sosial. Apalagi bulan Ramadhan, bulan keberkahan, bulan tolong menolong, ”kata Kang Emil saat menjadi pembicara di Webinar Seri 4 Institut Pembangunan Jawa Barat (Injabar) Universitas Padjadjaran (Unpad) dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (7/5/20) .
“Membahas COVID-19 ini adalah perang yang meluluhlantahkan semua dimensi pembangunan, tidak hanya kesehatan, ekonomi, sosial, dan lain sebagainya,” tambahnya.
Kang Emil menjelaskan, Diperlukan jumlah tambahan penduduk Jabar yang mendapat subsidi sebesar 9,4 juta jiwa menjadi 38 juta jiwa atau lebih dari 2/3 dari total 50 juta jiwa populasi di Jabar. Terkait kepadatan penduduk Jabar yang perlu didukung ada di wilayah selatan.
“Jadi, bapak dan ibu, 2/3 orang Jawa Barat, hari ini meminta tanggapan dari negara. Dari 9,4 juta jiwa sekarang lompat menjadi 38 juta jiwa, ”tuturnya.
Terkait hal ini, Kang Emil pun mempertimbangkan pentingnya fiskal, yakni perspektif anggaran yang perlu diterapkan pemerintah pusat ke daerah harus berdasarkan jumlah penduduk, bukan jumlah wilayah.
Kang Emil berujar, Provinsi Jabar yang memiliki jumlah penduduk lebih besar namun anggaran yang diberikan pemerintah pusat lebih sedikit daripada provinsi lain yang penduduknya lebih sedikit. Contohnya tentang dana desa yang dibagikan berdasarkan jumlah desa bukan jumlah penduduk.
“Jadi, ada ketidakadilan fiskal. Cara pemerintah pusat memberikan dana kepada daerah, menghitung populasi itu tidak pernah dibuat patokan. Dan terasanya pada COVID-19, anggaran sedikit penduduk kita (Jabar) banyak, sementara provinsi lain penduduknya sedikit anggarannya lebih banyak, maka menolong orangnya akan lebih berkualitas, ”ucap Kang Emil.
Dalam seminar online ini, Kang Emil juga menyampaikan saat ini Jabar mampu mengetes kurang lebih 2.000 sampel per hari dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di 15 laboratorium.
Selain itu, Jabar juga memiliki 54 lokasi pemakaman yang telah disiapkan untuk menerima meninggal COVID-19. Kang Emil pun menyetujui pihaknya akan memperbanyak pengetesan COVID-19 di tempat-tempat kerumunan seperti pasar tradisional.
“Saya laporkan jumlah pasien positif yang dijelaskan di rumah sakit. Dari jumlah 400-an (pasien) di akhir April, minggu (awal Mei) ini sudah tinggal 300-an pasien positif yang ada di rumah sakit. Ini ada anomali, berita baik ini tolong sampaikan ke dokter dan tenaga kesehatan di Jawa Barat jumlah pasien positif yang diterjemahkan di rumah sakit, ”tutur Kang Emil.
“Kemudian angka kematian (akibat COVID-19) juga turun, dari tujuh kematian per hari sekarang jadi empat kematian per hari. Juga jumlah kesembuhan naik dua kali lipat, jadi kita berharap tren positif ini pulih, ”katanya.
Dengan webminar atau seminar online ini diangkat tema ‘COVID-19: Respons kebijakan, Tatakelola Pengendalian, dan Kestabilan Sosial’ yang digelar oleh Injabar hasil kerja sama Unpad dan Pemerintah Daerah Provinsi Jabar sebagai pusat dan penelitian pembangunan Jabar.
“Saya mengapresiasi Penggunaan Injabar. Injabar ini adalah hasil kesepakatan dari kami di Jawa Barat membutuhkan input-input dalam pengambilan keputusan terkait pembangunan Jawa Barat. Dan menitipkan organisasi satu pintu (di Unpad) untuk memberikan nasihat kepada Jawa Barat, ”tandasnya.