Bandung, bewarajabar.com — Meski minim lahan pertanian, namun Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung berupaya menghadirkan ketahanan pangan di Kota Bandung. Salah satunya melalui urban farming.
Urban farming dilakukan dengan menanam menanam sayuran hingga budidaya ikan di sekitar tempat tinggal.
Hal itu juga yang digelorakan oleh Wali Kota Bandung, Oded M. Danial. Ia mengajak warga untuk melakukan urban farming.
Terlebih lagi di masa pendemi Covid-19, wali kota menyebutkan bahwa urban farming menjadi strategi yang baik untuk menjaga ketahanan pangan dalam keluarga.
“Kota Bandung sebagai kota metropolitan yang tidak memiliki luasan tanah sawah untuk menjadi tempat bertani. Tapi ketahanan pangan itu bisa lakukan dengan cara mengajak warga berurban farming seperti ternak ikan dan sebagainya,” kata wali kota usai menghadiri Rapat Pleno Dewan Ketahanan Pangan, di Best Western La Grande, Kamis (12 November 2020).
Wali kota menjelaskan, program Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan (Kang Pisman) menjadi andalan masyarakat untuk ketahanan pangan dalam keluarga. “Ketahanan pangan ini melalui Kang Pisman dengan Buruan Sae, terus digalakan. Sehingga pangannya tidak mengandalkan dari daerah yang lain,” katanya.
“Mudah-mudahan pada saatnya nanti kesadaran sudah tumbuh. Nanti kalau mereka punya cengek (cabai rawit), surawung (kemangi), tomat, sampai kangkung sendiri, lama kelamaan nanti akan banyak,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar mengatakan, kegiatan pleno tersebut sebagai evaluasi kebijakan ketahanan pangan. Tak hanya itu, kegiatan tersebut juga untuk menyusun strategi atau kebijakan tahun 2021.
“Ketahanan atau ketersediaan itu rentan, karena Kota Bandung bukan daerah produsen, tidak punya kekuatan. Sehingga tergantung dari luar. Jadi kegiatan ketahanan pangan ini lebih beda dengan kabupaten atau daerah lainnya, untuk produksi dituntut punya staregi ketahanam pangan lebih,” katanya.
“Kalau bicara ketersediaan itu ada 3. Pertama itu produksi lokal, cadangan atau stok, pangan yang masuk,” imbuh Gin Gin.
Menjaga ketahanan pangan, lanjutnya, pangan tersebut sangat multi sektor, bukan hanya pemerintah saja tetapi pihak lain juga. “Pangan sangat multi sektor, bukan hanya pemerinrah tapi pihak lain. Kolaborasi dengan stakeholder menjadi satu keharusan,” jelasnya.