Bewarajabar.com – Perbaikan generasi dimulai dari pendidikan, yang dimulai dengan pendidikan sejak usia dini. Sehingga, penyiapan guru sebagai pendidik menjadi hal penting dilakukan, termasuk penyiapan guru PAUD.
Terkait ini, beberapa waktu lalu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Ineu Purwadewi Sundari melakukan sosialisasi tentang 4 Pilar Kebangsaan kepada para guru yang tergabung dalam Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) di Kabupaten Sumedang.
Rupanya, zaman nirkabel sekarang ini, menjadi tantangan tersendiri bagi pendidikan generasi. Kehidupan global tanpa batas, bak pisau bermata dua, bisa membawa pengaruh positif dan negatif.
Tentu yang dikhawatirkan adalah pengaruh negatif, dimana saat ini, kehidupan berada dalam arus kapitalisme liberal, yang menjadikan kebebasan menjadi hal yang dianggap biasa. Budaya barat dan timur, seolah menjadi tidak ada beda.
Sebagai contoh, dahulu perilaku gay seperti yg dilakukan artis Barat Elton John dianggap menyimpang. Namun kini, perbuatan menyimpang tersebut malah diikuti oleh banyak selebritis tanah air, akibat terbawa arus liberalisme.
Di sisi lain, pendidikan zaman kini tidak bisa dipaksakan untuk berfikir dan berbuat sempit, dibatasi oleh batas-batas primordialisme. Seperti perkataan sayyidina Ali bin Abi Thalib: “didiklah anakmu sesuai zamannya.”
Oleh karena itu, penyiapan guru PAUD harus bermula dari paradigma yang mendasarinya, yang akan dibangun di atasnya berbagai sudut pandang dan langkah nyata.
Jika menilik kepada Islam, secara mendasar, Islam mempunyai visi menyebarkan rahmat bagi seluruh alam.
Sebagaimana Allah SWT berfirman (yang artinya): “Tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam” (TQS al-Anbiya’ [21]: 107).
Rahmat berarti kebahagiaan dan perbaikan sebagaimana Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili menafsirkan dalam Tafsir Al-Wajiz : “Dan Kami tidak mengutusmu dengan membawa syariat dan hukum, wahai Nabi kecuali sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia dan jin, karena kamu diutus untuk membahagiakan dan memperbaiki kehidupan dunia dan akhirat.”
Di sisi lain, Islam mengajarkan untuk berfikir global, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al anbiya di atas, memberi rahmat untuk seluruh alam.
Maka sepanjang perjalanannya, Islam senantiasa disebarkan ke seluruh penjuru alam. Efeknya, tidak ada pembeda bagi seorang muslim: siapapun dia, berkulit hitam, putih, kuning ataupun merah; dimanapun dia tinggal baik di timur atau barat; apapun kedudukannya, jika ia muslim maka hakikatnya satu saudara.
Dengan paradigma global ini, Islam mampu menjadi pemimpin peradaban baru, menggantikan peradaban Romawi di Timur dan Persia di Barat.
Istimewanya, kejayaan peradaban Islam mampu bertahan hingga belasan abad, sejak abad ke-7 saat Rasulullah diutus hingga abad ke 20, saat kekhilafahan Utsmani diruntuhkan.
Dengan demikian, pendidikan dimulai sejak pendidikan AUD, seharusnya menjalankan visi tersebut, yaitu membawa rahmat dan berfikir global, karena tugasnya adalah menyebarkan rahmat itu ke seluruh alam. Sehingga tidak terbawa arus kapitalisme liberal, juga tidak berfikir sempit dalam batas-batas primordialisme.
Penulis – Siti Susanti,S.Pd., pengelola Majelis Zikir As-Sakinah