Seperti halnya belatung, maggot berguna secara ekologis dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik. Maggot mengonsumsi sayuran dan buah. Tak hanya buah dan sayuran segar, maggot pun mengonsumsi sampah sayuran dan buah. Karenanya manggot sangat cocok digunakan dalam pengelolaan sampah organik.
Bandung, Bewarajabar.com — Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memprioritaskan penggunaan maggot dan teknik biopori vertikal dalam pengelolaan sampah organik. Kedua metote ini dinilai paling banyak memberikan manfaat dan elatif mudak diimplementasikan.
Penggunaan manggot dan biopori vertikal disampaikan oleh Wali Kota Bandung, Oded M. Danial pada awal pekan ini di Balai Kota Bandung. Menurutnya, penggunaan kedua metode tersebut merupakan bagian dari program pengelolaan sampah di Kota Bandung yang menggunakan konsep Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan).
Mungkin masyarakat banyak yang belum mengetahui, apa itu maggot. Kenapa Pemkot Bandung menggunakannya untuk pengelolaan sampah? Bagaimana cara mendapatpan maggot?
Begitu juga dengan teknik biopori vertikal. Mungkin masyarakat bertanya, apa bedanya teknik biopori vertikal dengan teknik biopori yang selama ini sudah banyak dilakukan?
Dari dua metode tersebut, kita akan membahas maggot dan mengapa digunakan dalam pengelolaan sampah. Maggot atau belatung merupakan larva dari lalat Black Soldier Fly (Hermetia Illucens, Stratimydae, Diptera) atau BSF.
Meskipun keluarga lalat, namun ukuran BSF yang dikenal sebagai lalat tentara ini, lebih panjang dan besar. Meskipun dari keluarga lalat, namun BSF tidak menularkan bakteri, penyakit, bahkan kuman kepada manusia.
Seperti halnya belatung, maggot berguna secara ekologis dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik. Maggot mengonsumsi sayuran dan buah. Tak hanya buah dan sayuran segar, maggot pun mengonsumsi sampah sayuran dan buah. Karenanya manggot sangat cocok digunakan dalam pengelolaan sampah organik.
Sebanyak 10.000 maggot dapat menghabiskan 1 kg sampah organik dalam waktu 24 jam. Maggot sangat cepat berkembangbiak.
Selain bermanfaat untuk mereduksi sampah organik, maggot pun mempunyai nilai ekonomis, yaitu bisa menjadi sumber pakan ternak dan menjadi pupuk. Maggot mengandung protein tinggi dan kandungan gizi yang baik untuk pakan ikan dan unggas. Maggot memiliki kadar protein sekitar 43% jika dalam keadaan utuh, sedangkan jika dijadikan pelet kadar proteinnya antara 30% sampai 40%.
Dibandingkan cacing, maggot lebih menguntungkan sebagai pakan ternak karena lebih cepat berkembangbiak dan cepat bisa dipanen. Dari menetas sampai bisa digunakan menjadikan panak ternak, waktinya hanya sekitar 17 hari.
Sementara itu, sampah organik yang tidak termakan oleh maggot, tetap bisa dimanfaatkan sebagai sumber kompos atau pupuk organik. Meskipun dari limbah sampah organik, namun pupuk yang dihasilkan tidak berbau.
Pakan ternak dan pupuk yang dihasilkan dari maggot sangat cocok untuk peternakan dan pertanian organik. Penggunaan maggot bisa menekan penggunaan pakan dan pupuk berbahan kimia.
Ikan, ayam pedaging hingga sayur yang menggunakan maggot, lebih sehat dibanding komoditas yang sama di pasaran karena semuanya organik.
Bagaimana, tertarik untuk membudidayakan maggot? Selain mampu menekan volume sampah organik, maggot juga mempunyai nilai ekonomis. (*)