Yang sangat kita khawatirkan dan takutkan apa yang disebut dengan community transmission. Jadi, ini adalah transmisi penyebaran yang terjadi antar kelompok masyarakat.
BANDUNG, Bewarajabar.com — Potensi penyebaran komunitas (community transmission) COVID-19, yang menunjukkan individu bisa terinfeksi COVID-19 dengan tanpa sadar kapan dan di mana, di Jawa Barat (Jabar) tergolong tinggi. Kedisiplinan masyarakat pun amat krusial untuk menekan potensi tersebut.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar Berli Hamdani menyatakan, transmisi penyebaran yang terjadi antar kelompok masyarakat harus diwaspadai dengan penerapan physical maupun social distancing, dan meniadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat massal. Sebab, proses penyebaran komunitas terjadi karena banyak masyarakat yang melakukan aktivitas di luar rumah tanpa disiplin jaga jarak.
“Yang sangat kita khawatirkan dan takutkan apa yang disebut dengan community transmission. Jadi, ini adalah transmisi penyebaran yang terjadi antar kelompok masyarakat,” kata Berli dalam jumpa pers soal perkembangan penanggulangan COVID-19 Jabar di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (16/4/20).
“Kembali saya ingatkan, keberhasilan mengatasi penyebaran COVID-19, salah satunya dengan disiplin melakukan physical maupun social distancing. Lalu, kita menghindari kerumunan-kerumunan ataupun kita jangan sampai membuat kerumunan-kerumunan yang bersifat massal,” imbuhnya.
Berli yang juga Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jabar melaporkan, sebanyak 1.139 orang terindikasi positif COVID-19 berdasarkan sekitar 51.000 rapid diagnostic test (RDT). Jumlah tersebut berpotensi berubah mengingat Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar menyebar 75.000 RDT ke 27 kabupaten/kota, instansi pemerintah, dan institusi pendidikan. Artinya, masih ada sekitar 24 ribu RDT yang belum dilaporkan hasilnya.
“Untuk hasil RDT saat ini, dari 75.000 rapid tes yang sudah kita sebar ke kabupaten/kota, yang sudah masuk dilaksanakan itu 51 ribu lebih. Dari 51 lebih itu terindikasi positif, lebih tepat dikatakan reaktif itu sebanyak 1.139. Dan yang terbanyak dari Kota Bandung,” katanya.
Sebagai tindak lanjut hasil tes cepat, menurut Berli, Pemda Provinsi Jabar akan menggelar tes melalui pemeriksaan dengan teknik reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) bagi warga terindikasi positif COVID-19.
“Dan tentunya ini akan ditindaklanjuti dengan melakukan pemeriksaan PCR atau swab. Dan dari yang sudah dilakukan belum semuanya, karena kita juga masih menyiapkan semua peralatan yang ada di Labkesda Jabar untuk bisa sampai kemampuan memeriksa 1.400 pemeriksaan dalam satu hari,” ucapnya.
“Mudah-mudahan di Jumat besok mungkin semuanya sudah bisa dilaksanakan dengan baik, yaitu Labkesda bisa lebih cepat melakukan pemeriksaan,” tambahnya.
Makin Banyak yang Sembuh
Berdasarkan data PIKOBAR (Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jabar) pada Kamis (16/4/20) pukul 17:45, jumlah kasus positif COVID-19 sebanyak 559 orang, 23 pasien sembuh, dan meninggal dunia 52 orang.
Sementara jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 2.775, selesai pengawasan 1.245 orang, dan pasien masih dalam pengawasan sebanyak 1.530 orang. Untuk ODP sebanyak 31.885 orang, selesai pemantauan sebanyak 20.657 orang, dan orang masih dalam pemantauan sebanyak 11.228 orang.
Jumlah pasien positif yang sembuh di Jabar terus bertambah dari waktu ke waktu. Berli Hamdani berharap kasus sembuh di Jabar bisa seperti tren nasional yang saat ini jumlah pasien sembuhnya sudah melampaui yang meninggal.
Sejak kasus positif pertama COVID-19 diumumkan 2 Maret 2020 oleh Presiden Joko Widodo, kini pasien sembuh tercatat 548 orang sementara yang meninggal 496 orang.
**