Bandung, BewaraJabar — Tepat pada Selasa, 18 Januari 2022, 40 hari sudah Wali Kota Bandung, Oded M. Danial meninggalkan kita semua. Untuk mengenang dan mendoakan kepergiannya, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mengadakan doa bersama di Pendopo Kota Bandung.
Terlihat keluarga almarhum Mang Oded (sapaan akrab Oded M. Danial), Sekretaris Daerah, Ema Sumarna, sejumlah tokoh agama hadir dalam acara doa bersama ini.
Banyak kenangan baik yang telah Mang Oded ukir selama menjabat sebagai Wali Kota Bandung. Termasuk warisan program-program baik yang sekarang dilanjutkan oleh Plt. Walikota Bandung, Yana Mulyana.
Dalam kegiatan ini, Yana memohon, agar semua warga Bandung terus mendoakan Mang Oded serta bersama-sama mewujudkan mimpi dan janji yang belum terealisasi.
“Insyaallah saya beserta seluruh jajaran Pemerintah Kota Bandung akan selalu meneruskan mimpi almarhum untuk menciptakan Bandung yang unggul, nyaman, sejahtera, dan agamis. Mang Oded sudah mewariskan berbagai hal yang baik bagi kami dan Kota Bandung. Mari kita bersama-sama mendoakan almarhum. Semoga almarhum diterima di sisi Allah,” ujar Yana saat membuka acara doa bersama ini.
Pada kesempatan ini, istri Mang Oded, Siti Muntamah menyampaikan ungkapan terima kasih untuk semua masyarakat Bandung yang sudah membersamai dan mendoakan Mang Oded.
Meski Mang Oded sudah tidak bersama lagi dengan warga Bandung, Siti mengatakan, dukungan dari keluarga Mang Oded untuk membangun Bandung akan selalu menyertai.
“Kami sekeluarga masih akan tetap bersama masyarakat untuk membangun Bandung. Di kesempatan ini juga kami izin pamit untuk meninggalkan pendopo dan pulang ke rumah cinta kami,” tutur Umi, sapaan akrabnya.
Kehilangan atas kepergian Mang Oded tak hanya dirasakan oleh Pemkot Bandung dan keluarga, tapi juga seluruh lapisan masyarakat, bahkan para tokoh agama lain. Seperti Veronica Yeni Yosef, perwakilan Masyarakat Tionghoa Peduli yang mengungkapkan rasa kehilangan dengan kepergian Mang Oded.
“Beliau ingin membangun Bandung sebagai kota agamis. Dan itu bukan hanya Islam, tapi semua agama beliau rangkul. Tidak membeda-bedakan. Kebetulan agama saya Katolik. Dan kami semua merasa kehilangan, terutama Masyarakat Tionghoa Peduli,” ucap Veronica sambil menahan tangis.
Tak hanya dari tokoh Katolik, Pembina Vihara Tanda Bhakti, Tan Tjong Boe juga menyatakan hal serupa mengenai konsep Bandung Agamis yang diimpikan Mang Oded.
“Apa yang ditakutkan orang-orang tentang Bandung Agamis itu hanya untuk sekelompok orang, ternyata tidak. Sama sekali tidak seperti itu. Ternyata beliau itu merangkul seluruh lapisan masyarakat dan seluruh pemeluk agama untuk menciptakan Bandung Agamis,” ungkapnya.
Pandangan ini tercipta dari hasil the power of silaturahmi, begitu menurut Karim Suryadi, Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia. Menurut Karim, Mang Oded merupakan sosok pemimpin yang membawa Islam menjadi ruh birokrasi.
“Dan ini dampak dari pola komunikasi yang ia bawa. Menjadikan silaturahmi sebagai jangkar moral politik, sekaligus sebagai solusi dalam memecahkan masalah. Ia memaknai politik sebagai alat untuk mewujudkan kebaikan bersama,” jelas Karim.
Selain Bandung Agamis, banyak juga program baik lainnya yang diwariskan Mang Oded. Salah satunya Buruan SAE dan Kang Pisman.
Menurut Dosen Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Syaeful Rahman Soenaria, Kang Pisman dan Buruan SAE menjadi program unggul dan orisinal dari almarhum Mang Oded.
“Tiga tahun beliau menjadi wali kota, sudah lebih dari 200 penghargaan, tapi jarang beliau pamerkan ke publik. Di antaranya itu ada Buruan SAE dan Kang Pisman. Beliau itu melihat, keterlibatan masyarakat mulai dari unit terkecil yakni keluarga, harus bisa menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi lokal yang mana saat ditarik ke wilayah, berdampak pada efek strategis untuk Kota Bandung,” ungkap Syaeful.
Sebagai penutup acara ini, Ketua MUI Kota Bandung, Miftah Faridl mengingatkan warga Bandung untuk terus mendoakan Mang Oded, serta mengambil hikmah dari kejadian wafatnya.
“Yang kita anggap sebagai musibah, ternyata juga syarat dengan hikmah. Beliau wafat dengan indah. Saya rasa semua kita akan cemburu bagaimana beliau bisa meninggal dalam keadaan berdzikir, saat habis salat, di hari Jumat, saat akan khutbah. Lengkap semua itu. Allahu Akbar. Saya yakin beliau adalah sosok yang menerima husnul khotimah,” tutupnya.