Bandung, bewarajabar.com — Harga sayur mayur di pasar tradisional Kota Bandung mengalami penurunan. Harga yang menurun paling mencolok pada komoditas cabe merah tanjung dan cabe rawit merah.
Demikian hasil pemantauan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung sepanjang Agustus yang disampaikan Kepala Bidang Distribusi Perdagangan dan Pengembangan E-Commerce Disdagin Kota Bandung, Meiwan Kartiwa, Kamis (3 September 2020). Meiwan menuturkan, pada minggu pertama dan kedua Agustus 2020 lalu harga cabai merah tanjung masih di atas Rp40.000 per kilogram (kg) dan harga cabai rawit merah di kisaran Rp36.000-38.000 per kg.
“Memasuki minggu ketiga dan kempat Agustus, cabe merah tanjung di kisaran Rp26 ribuan per kg. Cabe rawit merah juga turun menjadi Rp27 ribuan per kg di minggu ketiga Agustus dan masih stabil sampai sekarang,” ungkap Meiwan di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana.
Meiwan menambahkan, penurunan harga juga terjadi untuk jenis sayur mayur lainnya. Walau pun tidak sampai anjlok seperti harga cabai merah tanjung dan cabai rawit merah.
Saat ini, tomat itu di kisaran Rp8 ribuan per kg. Padahal biasanya berkisar Rp15 ribuan per kg. Kentang berkisar Rp14-15 ribuan per kg dari biasanya Rp18 ribuan per kg.
Sedangkan, wortel yang biasanya Rp20 ribuan per kg menjadi Rp10-12 ribuan per kg. Timun yang biasanya Rp12 ribuan per kg menjadi Rp7-8 ribu per kg. “Harga kol juga turun,” terangnya.
Kisaran harga tersebut, lanjut Meiwan, hasil pemantauan di delapan pasar tradisional di Kota Bandung, yaitu Pasar Sederhana, Kiaracondong, Kosambi, Ancol, Palasari, Cihaurgeulis, dan Pasar Baru.
“Untuk komoditas lainnya seperti beras, cabe, bawang, daging, minyak goreng, telur, gula tepung, dan ikan cenderung relatif masih stabil. Sekali pun ada fluktuasi harga masih tidak terlalu jauh,” ujarnya.
Meiwan mengungkapkan, penurunan harga ini diduga akibat stok barang yang cukup banyak, lantaran sudah memasuki masa panen. Di sisi lain, daya beli masyarakat juga masih belum begitu tinggi.
“Daya beli masyarakat itu sekarang masih menahan dan tidak jor-joran karena masih pandemi. Tetapi sayur mayur juga suplainya melimpah karena masuk masa panen. Itu yang menyebabkan harga menurun,” katanya.
Bahkan, lanjutnya, ada beberapa petani yang membiarkan hasil panennya daripada dijual tetapi ongkos angkut dan sebagainya juga lebih mahal.
Selain itu, Meiwan menuturkan, di tengah pandemi Covid-19 ini setidaknya juga turut mempengaruhi pola berbelanja langsung ke pasar ataupun kebutuhan bahan baku dari sektor penjualan kuliner.
“Mungkin sekarang juga tidak semua rumah makan, hotel atau penjual lainnya belum normal. Jadi pembeliannya masih belum banyak,” tutur Meiwan.*