Surabaya, Bewara Jatim – Jawa Timur menjadi provinsi paling aman se-pulau Jawa dan teraman kelima se-Indonesia berdasarkan data rilis terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Pada data BPS tersebut tercatat, Jatim memiliki prosentase 0,38% yang penduduknya menjadi korban kejahatan.
Selain Jatim, terdapat empat provinsi lain yang memiliki prosentase paling sedikit penduduknya menjadi korban kejahatan yaitu Bali dengan 0,20%, Sulawesi Barat 0,30%, Aceh 0,34%, dan Kalimantan Selatan yang setingkat di atas Jatim dengan prosentase 0,36%.
“Alhamdulillah Jawa Timur menempati peringkat pertama teraman se-Pulau Jawa dan peringkat kelima teraman secara nasional berdasarkan persentase penduduk yang menjadi korban kejahatan,” ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (27/12).
Mengacu data tersebut, Gubernur Khofifah mengajak seluruh masyarakat Jatim untuk menjaga kondusifitas, keamanan dan ketertiban di lingkungan masing-masing. Hal ini penting agar setiap lingkungan tetap terjaga dan semakin baik tingkat kondusifitas, keamanan dan ketertibannya.
“Mari kita jaga kondusifitas, keamanan, dan ketertiban di lingkungan masing-masing, agar semua tetap merasa aman, nyaman berada di Jawa Timur. Ingat, kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat, tetapi juga karena ada kesempatan,” terangnya.
Khofifah menambahkan, bahwa situasi yang kondusif, aman, dan damai ini juga berkat kolaborasi dan sinergitas luar biasa dari unsur tiga pilar plus di Jatim. Yakni TNI/Polri, Pemerintah Daerah, DPRD/Parpol dan Tokoh Agama serta Tokoh Masyarakat.
“Terimakasih juga kami sampaikan atas kolaborasi dan sinergitas dengan 3 Pilar Plus. Termasuk di dalamnya para informal leader (Toga dan Tomas) yang memiliki kedekatan sosial kultural yang cukup kuat dengan masyarakat secara langsung,” terangnya.
Menurut Khofifah, semakin semua pihak berupaya menjaga kondisi aman, tertib, maka akan semakin kondusif. Sehingga, akan berdampak pada menurunnya jumlah kejahatan dan jumlah korban yang mengalami kejahatan.
“Keadaan kondusif juga merupakan kebutuhan karena akan mempengaruhi banyak sektor lainnya. Seperti pendidikan, iklim investasi dan berpengaruh pada kesejahteraan,” tukasnya.
“Kalau kondusif anak-anak bisa belajar dengan baik dan nyaman, para pekerja terlindungi, petani tetap bisa bercocok tanam, nelayan bisa mencari ikan dengan tenang, bagi investor pun daerah yang kondusif akan menjadi prasyarat utama mereka berinvestasi,” lanjutnya.
Oleh sebab itu, ia meminta semua pihak agar terlibat langsung untuk menjaga dan meningkatkan keamanan dan ketertiban di lingkungan masing-masing untuk mewujudkan kondusifitas lingkungannya. Karena kondisi aman dan tertib juga menjadi harapan semua pihak.
“Menjaga supaya lingkungan tetap aman dan tertib bukan hanya tugas Babinsa Bhabinkamtibmas, bukan hanya tugas TNI Polri, tapi kita semua terlibat,” tegasnya.
Ia menambahkan, potensi-potensi yang dapat menimbulkan tindak kejahatan harus diminimalisir. Misalnya dengan lebih waspada dengan diri sendiri dan keluarga, menjaga benda-benda milik kita tetap aman.
“Harus lebih aware dengan sekitar, menjaga tutur kata juga menjadi penting karena saat ini mudah sekali orang tersulut emosi hanya karena perkataan, mari bersama saling menjaga,” pintanya.
Di akhir, Gubernur Khofifah kembali menegaskan bahwa memasuki tahun politik saat ini, faktor ketertiban dan keamanan menjadi poin penting yang harus terus dijaga. Apalagi, tensi jelang tahun politik semakin meningkat. Ia meminta masyarakat tidak mudah terpancing pada isu-isu tidak benar atau berita hoaks.
“Gangguan keamanan juga bisa datang dari berbagai sumber, tensi politik juga bisa menjadi salah satu pemicu, mari kita jaga semua tetap tertib, yang terpenting jaga persatuan dan kesatuan. Sehingga semua akan merasa nyaman berada di Jawa Timur, kondusifitas juga terjaga” pungkasnya.