Kota Cimahi, Bewarajabar.com — Soliditas warga Kelurahan Karangmekar, Kota Cimahi, terekam jelas manakala salah satu RT di wilayah tersebut menjalani Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM), setelah seorang warganya dinyatakan positif COVID-19.
Sri Indriastuti, kader PKK Kelurahan Karangmekar, turut menjadi sukarelawan. Ia bersama 15 kader PKK Kelurahan Karangmekar menyediakan 600-an nasi kotak tiap hari untuk 177 warga yang menjalani isolasi mandiri.
Ke-177 warga itu berpotensi terpapar virus SARS-CoV-2 karena pernah berkontak dengan pasien positif COVID-19. Jumat (5/6/20), mereka pun mengikuti tes swab dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR).
“Kami mulai memasak di dapur umum (yang terletak di kantor Kelurahan Karangmekar) dari pagi sampai sore, karena harus menyediakan makan pagi, siang, dan malam bagi warga yang ikut PSBM,” kata Sri, Senin (8/6/20).
Sidik Hamzah, anggota Karang Taruna Kelurahan Karangmekar, turut berkontribusi menyukseskan PSBM dengan menyalurkan bantuan makanan. Bersama sejumlah rekannya, ia bertugas bergantian setiap harinya.
“Pemuda di sini ikut serta. Ada yang menyalurkan makanan. Ada yang menyemprot disifektan. Ada juga yang menjada pintu masuk gang, mengecek suhu dan memeriksa warga yang keluar-masuk,” kata Sidik.
Sidik tak memungkiri, ada rasa takut yang hinggap saat ia bertugas. Meski begitu, ia yakin, selama disiplin menggunakan masker, jaga jarak, dan rajin cuci tangan dengan sabun, sebaran COVID-19 bisa dicegah.
“Lurah menyediakan masker dan tempat cuci tangan lengkap dengan sabun, termasuk di pintu-pintu gang. Itu yang buat kami tenang karena difasilitasi,” ucapnya.
Lurah Karangmekar, Kota Cimahi, Muhammad Nur Efendi menyatakan, ketersediaan stok sembako dan Alat Pelindung Diri (APD) bagi sukarelawan tidak hanya hadir dari pemerintah, tetapi juga banyak warga, baik komunitas maupun perorangan, menyalurkan bantuan.
“Banyak kelompok yang bergerak untuk memberikan bantuan baik materi dan logistik. Gugus tugas provinsi menyalurkan beras, lauk pauk, masker, tempat cuci tangan, dan disinfektan. Kami utamakan itu untuk warga yang bertugas di lapangan,” kata Efendi.
Soliditas warga, menurut Efendi, terbentuk karena pemahaman bahwa COVID-19 adalah musuh bersama. Ia pun menegaskan kepada warganya untuk tidak memberikan stigma kepada pasien positif COVID-19 maupun warga berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP).
“Ini warga kita juga, sodara kita juga, siapa lagi kalau bukan kita yang mengurus mereka yang isolasi mandiri. Dengan mengisolasi mandiri, kita bersama-sama turut memutus rantai penyebaran COVID-19,” ucapnya.
Efendi menyatakan, keterlibatan dan soliditas warga berperan penting dalam jalannya PSBM. Jika warga bahu-membahu, kata ia, PSBM dapat berjalan optimal, dan sebaran COVID-19 bisa dikendalikan di wilayahnya.
“PSBM ini cukup efektif dan substansi. Kami melacak dan mengisolasi warga yang punya kontak dengan pasien COVID-19. Kemudian, kami memenuhi kebutuhan dasar mereka. Mereka tidak boleh kemana-mana,” ucapnya.
Per Senin (8/6/20), 143 warga yang hasil tesnya negatif sudah tidak menjalani isolasi mandiri, Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi, beserta Camat Cimahi Tengah, dan Lurah Karangmekar didampingi Danramil beserta Babinkamtibmas membuka akses jalan masuk bagi warga yang sebelumnya ditutup untuk isolasi.
Gugus Tugas Kota Cimahi melalui Ketua Harian mengeluarkan Surat Pemberitahuan Hasil Swab dan Surat Pemberitahuan Karantina Mandiri bagi 34 Jiwa yang kontak erat dengan penderita positif COVID-19, ditindaklajuti dengan Surat Keterangan Pemeriksaan dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi yang ditujukan untuk setiap warga.
Pelaksana Dinas Kesehatan Provinsi Jabar selaku Koordinator Lapangan PSBM Kota Cimahi, Karna Maryana, melaporkan, hasil tes swab pertama sudah keluar. Dari 177, dua warga dinyatakan positif COVID-19.
Hasil itu menjadi landasan bagi Gugus Tugas Kota Cimahi melakukan penyekatan dan menekan potensi kontak lokal COVID-19. Tujuannya supaya penularan COVID-19 dapat dikendalikan, dan ruang gerak SARS-CoV-2 dapat terlacak.
“34 warga yang memiliki kontak erat dengan dua orang yang dinyatakan positif akan menjalani isolasi mandiri selama 14 hari sampai 18 Juli dan kembali melakukan tes swab,” kata Karna.
Sementara warga lainnya dapat berkegiatan dengan menerapkan protokol kesehatan, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta tanggap dan peduli pada pandemi. Di samping itu, pemantauan dan pengawasan orang masuk dan keluar, serta pemeriksaan kesehatan dan rapid test periodik, akan dilakukan.
“PSBM di Kelurahan Karangmekar bisa dikatakan berjalan baik karena banyak warga yang peduli. Mereka ikut serta menyiapkan makanan dan menyalurkannya. Dan itu yang terpenting dalam PSBM ini,” ucap Karna.
Sebelumnya, Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar Berli Hamdani mengatakan, penanganan berskala mikro dengan melakukan isolasi secara intensif di desa/kelurahan yang masuk daerah rawan dapat mengefisienkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam penanggulangan COVID-19.
“Semakin lamanya kita mengatasi dampak Pandemi COVID-19 d Jabar ini, semua sumber daya terserap hampir habis, termasuk anggaran dan SDM. Penanganan COVID-19 berskala mikro juga sejalan dengan pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) proporsional di tingkat kelurahan/desa,” kata Berli, Senin (1/6/20).
Berli menyatakan, Selain pemeriksaan, penanganan COVID-19 berskala mikro di daerah rawan disertai juga dengan pemantauan kesehatan, sterilisasi rumah, fasilitas sosial, dan fasilitas umum, pengawasan orang masuk dan keluar di daerah tersebut, dan pendirian dapur umum.
Menurut Berli, petugas non-kesehatan, seperti TP PKK kabupaten/kota setempat, Satgas Desa Siaga, relawan, TNI/POLRI, dan masyarakat sekitar, turut dalam penanganan COVID-19 di kelurahan/desa yang masuk zona kritis.
“Kesiapan Alat Pelindung Diri (APD) dalam posisi aman. Artinya, semua kebutuhan APD sudah terpenuhi atau dalam proses pemenuhan. Terkait makanan untuk karantina juga melalui program ketahanan pangan bersama OPD dan sektor terkait,” katanya.