Bandung, BewaraJabar — Sejak pandemi mulai, pertumbuhan ekonomi Kota Bandung mengalami kontraksi di tahun 2020 dan 2021, yakni di bawah tiga persen. Meski begitu, Pengamat Ekonomi dari Universitas Pasundan, Acuviarta Kartabi optimis jika di tahun 2022 ini pertumbuhan ekonomi Kota Bandung bisa meningkat lebih pesat.
“Sebenarnya di tahun 2021 itu ekonomi kita sudah masuk ke tren positif, meskipun memang masih relatif rendah. Namun, saya prediksikan, tahun ini ekonomi Kota Bandung bisa naik 3,5-4,2 persen,” ungkapnya dalam Rapat Pemulihan Ekonomi Kota Bandung pada Senin, 31 Januari 2022.
Tentu angka ini bukan serta merta dikeluarkan, Acu (sapaan Acuviarta) menjelaskan, perlu adanya optimasi dalam kolaborasi pentahelix untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Bandung di tahun ini.
“Kalau ingin tumbuh cepat, berarti kita perlu mengoptimalkan sektor-sektor yang punya source untuk growth ini. Antara lain, perdagangan, perindustrian, komunikasi dan informatika, juga pariwisata,” ujarnya.
Menurut Acu, selama pandemi, sektor industri tidak pernah berhenti, tapi hanya melambat.
Acu menjelaskan, dinas perdagangan dan industri memiliki kontribusi hampir 45 persen untuk pertumbuhan ekonomi Kota Bandung. Selain itu, didukung juga dengan hasil data mengenai ketimpangan pendapatan di Kota Bandung yang dihitung dari pengeluaran.
“Ternyata di masa pandemi awal 2020 ketimpangan pendapat ini justru turun. Pola konsumsi masyarakat menengah atas dengan masyarakat menengah bawah itu tidak jauh berbeda. 76 persen tenaga kerja di Kota Bandung itu terbiasa untuk mengelola perdagangan. Jika kita tidak optimalkan sektor perdagangan dan industri, bisa terjadi ledakan pengangguran di Bandung,” papar Acu.
Terlebih, kata Acu, Bandung merupakan kota terbesar kedua yang memberikan kontribusinya di Jawa Barat. Sehingga, jika Kota Bandung ini ‘melempem’, dampaknya bisa meluas sampai ke Provinsi Jawa Barat bahkan skala nasional.
“Jawa Barat itu satu per lima ekonomi Indonesia. Jadi, bagaimana kita mau bicara tentang pemulihan ekonomi kalau tidak konsisten dari sisi kebijakan,” tegasnya.
Untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, Acu menilai, peran dari sektor lain seperti komunikasi dan informatika perlu diperkuat.
“Kondisi pandemi seperti ini, kita juga bisa mencoba skema hibrid. Diskominfo bisa kita dorong untuk memiliki aplikasi-aplikasi lokal seperti di daerah lainnya. Aplikasi-aplikasi ini nantinya kita cantolkan pada komunitas,” jelasnya.
Sejalan dengan pendapat Acu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, Kenny mengatakan, meski sektor pariwisata terkena dampak yang sangat signifikan semasa pandemi ini, tapi pariwisata Bandung tetap akan terbuka untuk menerima wisatawan yang ingin berkunjung ke Bandung.
“Langkah yang kami lakukan saat ini, membentuk image building untuk pariwisata Kota Bandung. Kami juga menyelenggarakan bandung re-sale dengan tujuan mencoba untuk meningkatkan ekonomi,” katanya.
“Lalu, kami juga sudah proses CHSE untuk sektor pariwisata. Sehingga kami akan menjamin keamanan kesehatan dari para pengunjung,” imbuh Kenny.
Sebagai informasi, CHSE merupakan protokol kebersihan, kesehatan, keamanan dan kelestarian lingkungan yang bertujuan membangun kembali kepercayaan serta rasa aman dan nyaman wisatawan untuk berwisata di era pandemi dan pascapandemi nanti.
Salah satu langkah yang tengah dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung untuk CHSE adalah menggalakkan vaksinasi booster atau dosis 3.
Sedangkan Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan, Eric Mohamad Atthauriq memprediksi, pertumbuhan ekonomi Kota Bandung di tahun 2022 akan meningkat sebanyak 5,2 – 6 persen.
“Saya memproyeksikan di angka segini karena pertama, melihat dari sisi indeks keyakinan konsumen, merupakan ekspektasi yang akan menjadi kenyataan optimis terhadap perkembangan ekonomi,” tuturnya.
“Dilihat juga dari google trend, banyak sekali yang melakukan pencarian di google terkait dengan wisata Kota Bandung. Ini menunjukkan animo masyarakat sangat tinggi,” paparnya.
Selain itu, Eric menambahkan, perlu adanya dorongan ekonomi kreatif untuk menjadikan UMKM naik kelas dengan Online Single Submission (OSS).
“Kami melihat OSS UMKM bisa mendorong untuk naik kelas. Kita coba dorong ekonomi kreatif di Kota Bandung seperti kuliner, fashion, dan kriya. Bahkan, industri fashion di Kota Bandung bisa menyumbang Rp3 triliun – Rp5 triliun perekonomian,” jelasnya.
OSS merupakan sistem pelayanan untuk mempercepat pelaksanaan berusaha. Sehingga para pelaku usaha bisa memulai usahanya dengan lebih cepat dan mudah. Mereka tidak perlu lagi khawatir harus melalui proses birokrasi panjang dan rumit untuk mendapatkan perizinan berusaha.