Mengacu Bodebek dan Bandung Raya.
Bandung, Bewarajabar.com — Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta dukungan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kawasan Bodebek dan Bandung Raya menjadi referensi bagi 17 kabupaten / kota lain di Jabar yang akan menggunakan PSBB skala provinsi, Rabu (6/5/20).
“Kepada bupati dan wali kota yang besok wilayahnya akan menggelar PSBB, yang sudah dilakukan di Bodebek dan Bandung Raya agar menjadi pedoman,” ujar Ridwan Kamil saat memberikan arahan kepada 27 bupati / wali kota, di Gedung Pakuan Bandung, Selasa (5/5) 5/20).
Dalam pertemuan tersebut kepala daerah di Bodebek dan Bandung Raya membagikan pengalaman kepada 17 kepala daerah tentang teknis meminta PSBB agar optimal.
Khusus Kegiatan Keuangan, Gubernur mempersilakan bupati / wali kota mana saja yang diperbolehkan sektor.
Kang Emil, sapaan akrabnya mencontohkan, Kota Bekasi dan Kabupaten Pangandaran akan berbeda urgensinya pada sektor ekonomi.
“Tolong selesaikan kegiatan ekonomi mana saja yang boleh dibuka karena Kota Bekasi dengan Kabupaten Pangandaran itu akan berbeda urgensinya,” katanya.
Terpenting menurutnya, dalam PSBB pergerakan manusia sesuai standar WHO harus di angka 30 persen.
“Jadi PSBB ini berhasil dirancang dengan standar, WHO, hanya 30 persen,” kata Kang Emil.
Keberhasilan PSBB lainnya yaitu perlambatan laju persebaran COVID-19. Kang Emil menuturkan, dalam teori PSBB salah satu yang harus ditentukan adalah indikator laju persebaran yang dihitung dengan angka replikasi dasar (Ro).
“Jadi kalau diibaratkan mobil mah sebelum PSBB kecepatannya 100 km / jam setelah PSBB menurun jadi 60 km / jam,” tuturnya.
Penurunan Ro terbukti di PSBB Bodebek dan Bandung Raya yang asalnya ada di angka 1,27 turun menjadi 1,07.
“Angka satu dianggap angka yang wajar satu pasien menulari satu orang tetapi jika lebih dari satu potensi penularannya bisa lebih. Semoga setelah 14 hari PSBB Provinsi kecepatan penularan turun dari angka satu,” harapnya.
Dari data yang diperoleh hingga hari ini di PSBB Bodebek dan Bandung Raya kasus positif COVID-19 oleh pemudik sudah paling tidak ada. Dilaporkan dari kasus bawaan dari luar (kasus impor) di Ciamis, Kuningan, Sumedang berasal dari pemudik dari zona merah. Kemudian pasien yang diterjemahkan juga menurun.
“Tanggal 22 April mulai ada penambahan pasien tapi setelah dua minggu PSBB berjalan menurun dan puncaknya di 29 April ada penurunan 100 orang,” jelas Kang Emil.
“Sekarang rumah sakit kita membuat kosong ini berita baik buat dokter dan tenaga kesehatan untuk kinerja mereka luar biasa,” sambungnya.
Tak hanya itu, tingkat kesembuhan juga hampir dua kali lipat dan angka menurun yang biasanya tujuh orang per hari menjadi empat orang dalam enam hari terakhir.
“Berita baik yang ingin kami hadirkan merata di semua kabupaten / kota tren menggembirakan dari Bodebek dan Bandung Raya harus dipahami oleh semuanya,” ucap Kang Emil.