Disdik Jabar Tak Terburu-buru Buka Kembali Sekolah
Bandung, Bewarajabar.com — Pelaksanaan tahun ajaran 2020/2021 di satuan pendidikan SMA / SMK / SLB Jawa Barat (Jabar) akan dimulai pada minggu ketiga Juli 2020 atau Senin (13/7/20). Hal tersebut sesuai dengan ketetapan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar Dewi Sartika mendeklarasikan, pelaksanaan sekolah tahun 2020/2021 tentang administrasi pembelajaran jarak jauh (PJJ). Keputusan ini diambil setelah mempertimbangan jumlah hal, seperti Surat Edaran Kemendikbud, dan arahan Gugus Tugas COVID-19, baik pusat maupun provinsi.
“Ada dua yang menjadi fokus Disdik Jabar. Pertama adalah untuk memastikan keamanan dan keselamatan peserta didik. Dan yang kedua adalah bagaimana memastikan peserta didik mendapatkan hak pendidikan. Hak pendidikan tetap diperuntukkan selama pandemi COVID-19 dengan pembelajaran jarak jauh,” kata Dewi, Rabu (3/6/20).
Sebelumnya, Gugus Tugas COVID-19 pusat memutuskan bahwa membuka sekolah atau proses belajar mengajar kembali dengan sistem tatap muka hanya memerlukan di kawasan zona hijau atau daerah dengan catatan nol kasus COVID-19.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kata Dewi, membantah kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan PJJ hingga Desember 2020 sebagai pencegahan sebaran COVID-19 pada anak, mengingat anak menjadi salah satu kelompok yang rentan terkena virus SARS-CoV-2.
Dewi mengatakan, hasil kajian Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar terkait tingkat kewaspadaan COVID-19 kabupaten / kota menjadi bahan pertimbangan Disdik Jabar dalam mengambil keputusan. Hasil kajian tersebut menunjukkan tidak ada pembahasan di Jabar yang ada di level 1 atau zona hijau.
“Pertimbangan terakhir adalah masukan dari Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Dewan Guru, dan Komite Sekolah. Bagaimana sekolah berada di zona hijau, tetapi menyediakan sarana prasarana, dan keamanan di sekolah itu tidak lengkap atau sesuai, tidak dapat dituntut untuk membuka kembali sekolah atau proses belajar secara tatap muka, “ucapnya.
Guna PJJ berjalan optimal, menurut Dewi, Disdik Jabar sudah menumpuh total upaya. Pertama adalah penguatan guru. Hal itu dilakukan mendorong guru memberikan materi pembelajaran interaktif. Dengan begitu, peserta didik akan lebih mudah mencerna.
“Yang menjadi tantangan adalah masalah psikologis dari anak. Saat ini mereka harus ada di rumah dalam waktu yang lama,” katanya. “Guru memberikan pelatihan agar berani memberikan pembelajaran yang menarik, interaktif, ringan dan tidak terlalu berat,” tambahnya.
Dewi mengatakan, infrastruktur teknologi atau akses internet menjadi Disdik Jabar dalam penerapan pembelajaran jarak jauh. Sebab di Jabar tidak semua daerah memiliki akses internet yang baik. Ia menentang, ada berbagai tantangan yang diambil Disdik Jabar untuk menjawab tantangan tersebut.
“Kemendikbud memberikan pembelajaran melalui TVRI. Kemudian belajar lewat radio. Atau sekolah membuat modul-modul. Di daerah yang sulit akses internet, guru ada yang datang ke rumah peserta didik dengan tetap menggunakan protokol kesehatan. Menyediakan banyak bantuan agar PJJ tetap berjalan dengan baik,” katanya.