Jakarta, bewarajabar.com – MULTIVISION sebagai salasatu raksasa perusahaan film di Tanah Air. Terus berhasil memulihkan kejayaannya seperti era tahun 80-an hingga awal 2000-an.
Film-film dengan berbiaya besar dengan menghadirkan Sutradara dan Artis Papan Atas yang lagi “In” dihadirkan. Seperti film “3 Srikandi,” Sang Pencerah “,” Soekarno “dll. Tapi tidak mampu menyedot perhatian penonton film. Namun kompilasi Raam Punjabi selaku “Nakoda” rumah produksi MVP, menghadirkan film bergenre horor seperti film “Trilogi Kuntilanak”. Jutaan penonton mulai melirik film produksi Multivision.
Menyusul film “Kuntilanak 1-2”, Multivision kembali menghadirkan film setan-setanan. Kali ini Multivision menyodorkan film brrjudul “Lorong”.
Film Produser Eksekutif “Lorong” Amrit Punjabi terpilih, film “Lorong” berbeda dengan film horor Indonesia yang pernah ada sebelumnya.
“Sebagai Produser Film, tentu saja kami berinovasi mencari cara yang bisa digunakan untuk menarik perhatian penonton. Karenanya film “Lorong” mesti punya sesuatu yang berbeda, gimana bisa kita gabungkan thriller dengan horor, ”ujar Amrit Punjabi usai film bangsawan Lorong di XXI Epiwalk, Jakarta Selatan, Senin (9/9/19) malam.
Tak hanya jalan cerita yang berbeda, film “Lorong” juga dipercayakan kepada Hestu Saputra, Sutradara yang belum pernah menggarap film horor.
Hestu mengatakan, ia menerima tawaran bergenre film horor karena ia suka tantangan dan ingin berinovasi dalam komunikasi. Ia ingin menyampaikan pesan dengan cara berbeda. Kebetulan, Amrit Punjabi menawarkan sekenario film “Lorong”. Maka selaku sutradara, Hestu mencoba meramu film “Lorong”. Agar juga bisa mengaduk emosi dan sisi psikologis penonton.
“Saya akan membuat film yang horor yang berbeda untuk pecinta film horor. Makanya kompilasi menggarap film ini saya membahasnya psikologis, ”kata Hestu.
Meski begitu Hestu berusaha meramu film “Lorong” yang ia sutradarai agar masuk akal. Caranya, kurangi cerita jalan yang tidak logis.
“Kita meminimilasir cerita yang tidak masuk akal. Setelah selesai saya paparkan ke semua pemain. Bagaimana perspektif mereka kita kupas “adegan demi adegan”, dialog per dialog, apakah masuk akal apa nggak. Ini membuat masyarakat jadi tertarik atau tidak, ”papar Hestu.
Prisia Nasution yang dipercaya sebagai tokoh Mayang mengatakan, film stigma horor perlu diubah agar penonton tidak hanya fokus pada seramnya hantu tetapi bagusnya jalan cerita.
“Di mata sebagian orang citra memang kurang bagus. Karenanya sebagai pelaku industri film saya berkewajiban meningkatkan citra film horor. Untuk itu kami sebagai pemain ikut memberikan masukan. Agar film ini tidak sama dengan film horor pada umumnya,” kata Prisia Nasution.
Selain Prisia Nasution, film yang bakal beredar 12 September ini didukung sederetan aktor yang mumpuni, Wingky Wiryawan. Teuku Rifnu Wikana, Nova Eliza dll.
Film “Lorong” memulai kisah tentang seorang perempuan hamil yang sedang terbaring lemah di ruang operasi. Terbangun pascamelahirkan, Mayang (Prisia Nasution), mendapatkan kabar yang tidak ia harapkan. Reza (Winky Wiryawan) sang suami, mengatakan bahwa bayi mereka telah meninggal dunia. Namun, naluri Mayang sebagai seorang ibu tidak berkata demikian. Ia meyakini bahwa bayi yang diberi nama Reno itu masih hidup. Dalam keadaan lemah, Mayang tetap mencari bayi ke seluruh sudut rumah sakit, hingga ia menemukan satu lorong rahasia yang ditutup rapat. Sayang, usaha Mayang menemui jalan buntu setelah dr. Vera (Nova Eliza) yang membantunya melahirkan, berhasil memberikan bukti berupa dokumen kematian bayinya, lengkap dengan beberapa foto kejadian. Di tengah rasa putus asa, Mayang yang memilih tidak menyerah akhirnya mulai dianggap gila oleh sebagian orang di rumah sakit.
Kisah dalam film Lorong, menghargai Hestu adalah pembohong membuktikan klaim menarik. Ada aksi yang membuat dada penonton berdebar, namun ada juga aksi yang menyeramkan atau “Jump Scare” bersama sang hantu. Pemeran utama, Prisia Nasution sebagai ibu yang sedang mencari bayi dengan perut berdarah dan tangan penuh luka, juga jauh lebih cepat menyebar. Prisia berhasil mengundang penonton merasakan rasa sakit, bahkan ngilu dengan mimik wajah yang sangat ekspresif.
Secara keseluruhan, film ini menampilkan cerita yang membuat pikiran penonton ikut bertanya-tanya jalan cerita selanjutnya. Dikemas dengan suasana mencekam, film konspirasi ini nampak menarik untuk diambil. Terlebih lagi untuk mereka yang menyukai cerita penuh teka-teki dan plot tidak terduga.