Jakarta, bewarjaabar.com – Berangkat dari keinginan untuk memberikan ruang Fotografi untuk anak-anak Indonesia. Maka Rumah Foto MUA dan Model (RPM), sanggar Starkid, Spectre dan Plaza Kalibata Jakarta, menggelar acara pemotretan setiap anak dengan tajuk “100 Foto Untuk Anak Indonesia”.
Penggagas acara tersebut, Hendra Lesmana, yang juga merupakan Pendiri RPM mengatakan, bahwa acara ini memang dikhususkan untuk menyediakan Dunia Fotografi sejak dini kepada anak-anak.
“Sebab dalam acara ini pun, dimana anak-anak yang menjadi“ Model ”pemotretan. Dipadu juga dengan tehnologi cetak cepat, sehingga mereka bisa langsung mengenai hal yang dianggap kurang dalam pemotretan, ”kata Hendra.
Jepret, Cetak, Analisa. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini.
“Kapan saja bisa dibayangkan, bagaimana memunya memotret banyak anak yang memang punya karakter berbeda. Namun tetap harus terlaksana dalam waktu satu jam setengah, ”jelas Hendra yang memang menjadi Fotografer Tunggal dalam acara ini.
“Bukan hanya masalah si anak menangis saat melihat“ Flash ”besar saat pemotretan itu saja. Namun dalam pemotretan juga ada yang meminta ditemani orang tuanya saat pemotretan, bahkan tak jarang orang tuanya sendiri yang heboh. Dan bergaya lebih model, si sirip sendiri. Pokoknya suasana yang terbangun menjadi seru, ”papar Hendra.
“100 Foto Untuk Anak Indonesia”, menurutnya adalah kegiatan yang akan menjembatani dunia anak-anak, digital dan kemampuan si anak saat belajar di dunia modeling.
Sementara itu, untuk terlaksananya kegiatan ini, Ogie Sigit yang merupakan pendiri Starkid, mengerahkan semua anak didiknya dari berbagai kawasan di Jakarta.
“Kolaborasi Starkid dengan RPM, juga mendukung untuk memberikan warna baru bagi pengetahuan anak-anak di Dunia Fotografi dan Starkid, mengatur proses kegiatan pemotretan beragam anak ini. Memang berbeda dari kegiatan yang sebelumnya kami lakukan, ”ujar pria yang akrab dengan Kak Ogi ini.
Sementara menurut Budi Hartono, yang mewakili Spectre yang menjadi ujung tombak terlaksananya Proses “Cetak Cepat” pada acara tersebut mengatakan, pihaknya pun merasa tertantang dalam keterlibatannya di acara ini.
“Jika saja yang menjadi objek pemotretan adalah Model Dewasa, tentu saja masih bisa terkondisi dengan mudah. Tapi ini yang kita foto adalah anak-anak yang mulai dari 4 hingga 11 tahun. Bisa dibayangkan, saat “Lari” pemotretan, ada saja tingkah dan polahnya. Yang akhirnya kami anggap sebagai “Nuansa” dari pengalaman kami yang berbeda, ”ujar Budi.
Budi juga menambahkan, jangankan saat pemotretan satu persatu, disaat pemotretan bersama saja. Tidak sedikit anak yang meminta makan atau meminta mainan dari orangtuanya.
“Ya, bagaimana, kami pun tidak ingin kegiatan ini menjadi beban bagi si anak. Namun di satu sisi kita pun harus berjalan sesuai waktu yang sudah ditentukan oleh RPM.
Bagi Budi, kegiatan “100 Foto Untuk Anak Indonesia”. Dengan tehnologi Cetak Cepat, merupakan tantangan yang belum pernah dia alami.
“Tapi beruntung dengan tekhnologi printer yang kami dapatkan. Maka usai Jepret dan foto tercetak, hanya butuh waktu 45 detik saja. Dan hasilnya bisa langsung dibahas oleh si anak, riwayat dan Fotografer.
Sementara hasil foto yang sudah dirilis itu, rencananya akan dibuat menjadi materi “Pameran Foto”. y
Yang memiliki sinergi atas kegiatan anak-anak di Indonesia.