Bandung, Bewarajabar.com — Ketua Satgas Pemulihan Ekonomi Kota Bandung, Eric M. Attauriq menyatakan sudah menyiapkan sejumlah strategis untuk kembali mendongkrak perekonomian. Harapannya, beberapa program sudah bisa berjalan pada Maret ini.
Eric menuturkan, selama dua bulan terakhir ini pihaknya terus berkonsentrasi menginventarisir sejumlah masalah yang paling banyak terdampak selama pandemi Covid-19. Sehingga program pemulihan bisa efektif dan tepat sasaran.
“Kita sudah menginventarisir program-program dari masing-masing pokja yang ada. Harapannya di bulan Maret beberapa pokja sudah mulai aktivitas kegiatan dalam rangka pemulihan ekonomi,” ucap Eric di Pendopo Kota Bandung, Jalan Dalem Kaum, Rabu, 3 Maret 2021.
Eric mengungkapkan, dari hasil pemetaan selama dua bulan terakhir ini, terdapat dua isu utama yang menjadi perhatian khusus. Yakni persoalan ketahanan pangan dan daya beli masyarakat.
Menurut Eric, soal ketahanan pangan ini harus bisa dipastikan tetap terpenuhi. Apalagi mengingat populasi Kota Bandung yang perlahan terus bergerak dari 2,4 juta jiwa yang hanya terdata di administrasi kependudukan.
“Salah satu isu adalah soal ketahanan pangan. Kedua, daya beli. Ini yang menjadi isu konsen kita, bagaimana jalur distribusi dan pasokan pangan berjalan lancar. Juga tidak kalah penting soal daya beli,” jelasnya.
Eric menegaskan kembali, satu tahun pandemi Covid-19 di Indonesia memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian di Kota Bandung. Sehingga turut berkontribusi pada menurunnya pendapatan perkapita dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
“Tadi kita mendapat informasi dari BPS, pendapatan per kapita warga Bandung mengalami penurunan,” katanya.
Erick juga mengungkapkan, IPM Kota Bandung mengalami sedikit penurunan. Rilis Bappelitbang, LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi) Kota Bandung triwulan keempat minus 2,28 persen.
“Tapi sedikit lebih baik dari LPE Jawa Barat yang 2,58 dan nasional 4 persen,” paparnya.
Menurutnya, Kota Bandung yang selama ini mengandalkan usaha jasa dan pariwisata sebagai sektor unggulannya juga melemah. Pandemi Covid-19 ini, membuat kunjungan wisatawan menyusut. Hal itu terlihat dari okupansi hotel yang menurun drastis.
“Saya dapat informasi dari penutupan bandara, kunjungan menurun drastis hampir minus 76 persen dibanding tahun 2019. Efeknya terhadap sektor jasa cukup dominan,” katanya.