Bandung, Bewarajabar.com – Menjadi awal pahit bagi mereka yang terdistraksi dengan bentangan bait yang dihasilkan dari decitan kegamangan lidah-lidah api milik “Gramaparau”.
Racikan konsonan kata dan prosa pada tiap-tiap barnya seolah kita dipaksa untuk mendengarkan kembali runutan sejarah kelam yang dialami para pahlawan yang menolak tunduk pada kekuasaan.
Bagaimana tidak di besutan keduanya yang berjudul “Sapta Palagan”, Gramaparau seolah-olah memiliki keberanian diatas rata rata untuk mendedah sejarah, mengejawantahkan kitab militeristik DI TII, juga dengan lugas menyebutkan tokoh-tokoh yang terlibat macam Kartosuwiryo Hingga Kahar Muzakar yang “gilanya” pidato asli Kahar Muzakar yang ultra explisit ini dijadikan sample beat sebagai jembatan penghubung dari Verse ke Verse nya.
Mengangkat narasi sejarah yang dirangkum menjadi 16 bar bukanlah suatu hal yang mudah, butuh kemampuan khusus untuk memilih kata atau bagaimana mereka bermain metamorfosa dalam frame sejarah.
Bisa jadi “Sapta Palagan” ini adalah magnum opus alternatif bagaimana kita memahami sejarah, dan benih-benih api yang tumbuh setelahnya.
Gramaparau bekerjasama dengan RUNBDG sebagai Hulu Ledak dalam proses peracikan Bom Antrax ke dua yang berjudul “Sapta Palagan”.
“Alhamdulillah track ke 2 kami sudah dapat dinikmati diberbagai kanal digital, mudah-mudahan dengan mengudaranya Sapta Palagan ini dapat menstimulasi kawan-kawan bagaimana bisa memahami sejarah dan segala macam kejadiannya dengan cara yang lain,” pungkas Opetz Gramaparau.
Gramaparau dipunggawai oleh Opetz, Robi, dan Obay.
Mereka bersepakat untuk membuat sebuah gagasan bagaimana karya Rap ini memiliki Value dengan semangat keberislaman, mereduksi dari lanskap sejarah bagaimana tokoh-tokoh islam pergerakan membangun sikap politik hingga lajur perjuangannya.