Minggu, 3 Desember 2023
  • Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Karir
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
Advertisement
  • Home
  • Nasional
  • Regional
  • TNI – Polri
  • Ekbis
  • Infotainment
  • Ragam
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Warta Sunda
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Regional
  • TNI – Polri
  • Ekbis
  • Infotainment
  • Ragam
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Warta Sunda
No Result
View All Result
Bewarajabar.com
No Result
View All Result
Home Nasional

Wolff Schoemaker, Antara Katedral St. Petrus Hingga Masjid Cipaganti

by Admin 001
13 September 2020 - Updated on 14 September 2020
in Nasional
0
Wolff Schomaker, Antara Katedral St. Petrus Hingga Masjid Cipaganti

Bandung, bewarajabar.com — Berusia 210 tahun, Kota Bandung memiliki sejumlah bangunan zaman baheula. Banyak bangunan zaman Belanda yang hingga kini masih berdiri kokoh.

Sebut saja Villa Isola, Hotel Preanger, Gedung Merdeka, Gedung Majestic, Landmark Building, Gedung Jaarbeurs, Penjara Sukamiskin, Gereja Bethel, Katedral St. Petrus, dan Masjid Raya Cipaganti.

Namun jika menyebut nama-nama bangunan tersebut, tak bisa lepas dari nama Wolff Schoemaker. Ya Wolff Schoemaker merupakan perancang semua bangunan tersebut.

Data yang dihumpun Humas Kota Bandung dari situs mooibandoeng.com, seorang pakar arsitektur dari Belanda, H.P. Berlage, pernah mengatakan bahwa Bandung adalah “kotanya Schoemaker bersaudara”. Karena Wolff Schoemaker memang memiliki seorang kakak yang juga terpandang dalam dunia arsitektur masa kolonial, yaitu Richard Schoemaker.

Charles Prosper Wolff Schoemaker dilahirkan di Banyubiru, Jawa Tengah tahun 1882. Ia menjalani pendidikan di Akademi Militer di Belanda hingga lulus dengan pangkat letnan zeni militer.

Kemudian ia kembali ke Hindia Belanda pada tahun 1905. Lalu Wolff Schoemaker bekerja sebagai arsitek militer untuk pemerintah Hindia Belanda.

Pada tahun 1911 Wolff keluar dari dinas militer dan dua tahun kemudian bekerja sebagai insinyur teknik pada Dienst Burgerlijk Openbare Werken atau Dinas Pekerjaan Umum Batavia.

Saat menjabat sebagai direktur di Gemeentewerken Batavia, diketahui ia menjadi seorang Muslim. Tidak ada informasi mengenai faktor apa yang menyebabkannya memutuskan berpindah agama saat itu.

Tak lama setelah memeluk agama Islam, Wolff Schoemaker mendapatkan gelar Kemal dari rekan-rekan muslimnya. Kegiatannya dalam dunia Islam dilakukannya melalui jabatannya sebagai wakil ketua pada kelompok Western Islamic Association di Bandung.

Ia juga bergabung dengan organisasi Persatoean Oemmat Islam setelah masa perang kemerdekaan. Melalui sebuah surat panjang, Ia bahkan menyarankan pada mantan muridnya yang saat itu menjadi Presiden R.I., yaitu Ir. Soekarno agar mengarahkan republik yang baru berdiri ini menjadi Kesultanan Indonesia Islamyah.

Pada tahun 1938 Wolff Schoemaker mendapatkan tugas untuk menggantikan kakaknya, Richard sebagai pengajar di Techincal University di Delft. Dalam perjalanan menuju Belanda itu Wolff berkesempatan untuk mampir dan tinggal sebentar di Kairo, Mesir.

Setelah berada di Belanda, Wolff memutuskan untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah pada akhir tahun 1938. Pada akhir tahun 1939 Wolff kembali ke Bandung dan melanjutkan tugasnya sebagai professor di Technische Hoogeschool (ITB).

Sebagai seorang Muslim yang cukup aktif dalam kegiatan keagamaan, Wolff Schoemaker cukup disegani oleh para mahasiswa Indonesianya. Sementara kalangan mahasiswa Belanda dan orang-orang Eropa lainnya tak dapat memahami pilihan Wolff Schoemaker untuk menjadi Islam.

Dalam pengantar untuk Cultuur Islam, Wolff Schoemaker menyatakan bahwa karakter yang humanis dan toleran dalam Islam memberikan peluang bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Mungkin hal itulah yang membuat Wolff Schoemaker merasa cocok dengan pilihannya.

Wolff Schoemaker memang merupakan figur yang sangat terbuka bagi ilmu pengetahuan. Ia juga unik sehingga tidak mudah dipahami oleh lingkungannya. Tidak mudah juga untuk dapat berteman dengannya. Kebanyakan rekannya menilainya sebagai seorang yang temperamental, emosional, sekaligus juga flamboyan dan sensual.

Masjid Kaum Cipaganti merupakan salah satu karyanya pada tahun 1934. Masjid ini dibangun di Nijlandweg, di tengah-tengah kompleks permukiman bangsa Eropa di Bandung Utara pada masa pemerintahan Bupati Rd. Tg. Hassan Soemadipradja. Namun saat meninggal dunia, ia dimakamkan di TPU Kristen Pandu pada tahun 1949.*

Bandung, bewarajabar.com — Berusia 210 tahun, Kota Bandung memiliki sejumlah bangunan zaman baheula. Banyak bangunan zaman Belanda yang hingga kini masih berdiri kokoh.

Sebut saja Villa Isola, Hotel Preanger, Gedung Merdeka, Gedung Majestic, Landmark Building, Gedung Jaarbeurs, Penjara Sukamiskin, Gereja Bethel, Katedral St. Petrus, dan Masjid Raya Cipaganti.

Namun jika menyebut nama-nama bangunan tersebut, tak bisa lepas dari nama Wolff Schoemaker. Ya Wolff Schoemaker merupakan perancang semua bangunan tersebut.

Data yang dihumpun Humas Kota Bandung dari situs mooibandoeng.com, seorang pakar arsitektur dari Belanda, H.P. Berlage, pernah mengatakan bahwa Bandung adalah “kotanya Schoemaker bersaudara”. Karena Wolff Schoemaker memang memiliki seorang kakak yang juga terpandang dalam dunia arsitektur masa kolonial, yaitu Richard Schoemaker.

Charles Prosper Wolff Schoemaker dilahirkan di Banyubiru, Jawa Tengah tahun 1882. Ia menjalani pendidikan di Akademi Militer di Belanda hingga lulus dengan pangkat letnan zeni militer.

Kemudian ia kembali ke Hindia Belanda pada tahun 1905. Lalu Wolff Schoemaker bekerja sebagai arsitek militer untuk pemerintah Hindia Belanda.

Pada tahun 1911 Wolff keluar dari dinas militer dan dua tahun kemudian bekerja sebagai insinyur teknik pada Dienst Burgerlijk Openbare Werken atau Dinas Pekerjaan Umum Batavia.

Saat menjabat sebagai direktur di Gemeentewerken Batavia, diketahui ia menjadi seorang Muslim. Tidak ada informasi mengenai faktor apa yang menyebabkannya memutuskan berpindah agama saat itu.

Tak lama setelah memeluk agama Islam, Wolff Schoemaker mendapatkan gelar Kemal dari rekan-rekan muslimnya. Kegiatannya dalam dunia Islam dilakukannya melalui jabatannya sebagai wakil ketua pada kelompok Western Islamic Association di Bandung.

Ia juga bergabung dengan organisasi Persatoean Oemmat Islam setelah masa perang kemerdekaan. Melalui sebuah surat panjang, Ia bahkan menyarankan pada mantan muridnya yang saat itu menjadi Presiden R.I., yaitu Ir. Soekarno agar mengarahkan republik yang baru berdiri ini menjadi Kesultanan Indonesia Islamyah.

Pada tahun 1938 Wolff Schoemaker mendapatkan tugas untuk menggantikan kakaknya, Richard sebagai pengajar di Techincal University di Delft. Dalam perjalanan menuju Belanda itu Wolff berkesempatan untuk mampir dan tinggal sebentar di Kairo, Mesir.

Setelah berada di Belanda, Wolff memutuskan untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah pada akhir tahun 1938. Pada akhir tahun 1939 Wolff kembali ke Bandung dan melanjutkan tugasnya sebagai professor di Technische Hoogeschool (ITB).

Sebagai seorang Muslim yang cukup aktif dalam kegiatan keagamaan, Wolff Schoemaker cukup disegani oleh para mahasiswa Indonesianya. Sementara kalangan mahasiswa Belanda dan orang-orang Eropa lainnya tak dapat memahami pilihan Wolff Schoemaker untuk menjadi Islam.

Dalam pengantar untuk Cultuur Islam, Wolff Schoemaker menyatakan bahwa karakter yang humanis dan toleran dalam Islam memberikan peluang bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Mungkin hal itulah yang membuat Wolff Schoemaker merasa cocok dengan pilihannya.

Wolff Schoemaker memang merupakan figur yang sangat terbuka bagi ilmu pengetahuan. Ia juga unik sehingga tidak mudah dipahami oleh lingkungannya. Tidak mudah juga untuk dapat berteman dengannya. Kebanyakan rekannya menilainya sebagai seorang yang temperamental, emosional, sekaligus juga flamboyan dan sensual.

Masjid Kaum Cipaganti merupakan salah satu karyanya pada tahun 1934. Masjid ini dibangun di Nijlandweg, di tengah-tengah kompleks permukiman bangsa Eropa di Bandung Utara pada masa pemerintahan Bupati Rd. Tg. Hassan Soemadipradja. Namun saat meninggal dunia, ia dimakamkan di TPU Kristen Pandu pada tahun 1949.*

Bandung, bewarajabar.com — Berusia 210 tahun, Kota Bandung memiliki sejumlah bangunan zaman baheula. Banyak bangunan zaman Belanda yang hingga kini masih berdiri kokoh.

Sebut saja Villa Isola, Hotel Preanger, Gedung Merdeka, Gedung Majestic, Landmark Building, Gedung Jaarbeurs, Penjara Sukamiskin, Gereja Bethel, Katedral St. Petrus, dan Masjid Raya Cipaganti.

Namun jika menyebut nama-nama bangunan tersebut, tak bisa lepas dari nama Wolff Schoemaker. Ya Wolff Schoemaker merupakan perancang semua bangunan tersebut.

Data yang dihumpun Humas Kota Bandung dari situs mooibandoeng.com, seorang pakar arsitektur dari Belanda, H.P. Berlage, pernah mengatakan bahwa Bandung adalah “kotanya Schoemaker bersaudara”. Karena Wolff Schoemaker memang memiliki seorang kakak yang juga terpandang dalam dunia arsitektur masa kolonial, yaitu Richard Schoemaker.

Charles Prosper Wolff Schoemaker dilahirkan di Banyubiru, Jawa Tengah tahun 1882. Ia menjalani pendidikan di Akademi Militer di Belanda hingga lulus dengan pangkat letnan zeni militer.

Kemudian ia kembali ke Hindia Belanda pada tahun 1905. Lalu Wolff Schoemaker bekerja sebagai arsitek militer untuk pemerintah Hindia Belanda.

Pada tahun 1911 Wolff keluar dari dinas militer dan dua tahun kemudian bekerja sebagai insinyur teknik pada Dienst Burgerlijk Openbare Werken atau Dinas Pekerjaan Umum Batavia.

Saat menjabat sebagai direktur di Gemeentewerken Batavia, diketahui ia menjadi seorang Muslim. Tidak ada informasi mengenai faktor apa yang menyebabkannya memutuskan berpindah agama saat itu.

Tak lama setelah memeluk agama Islam, Wolff Schoemaker mendapatkan gelar Kemal dari rekan-rekan muslimnya. Kegiatannya dalam dunia Islam dilakukannya melalui jabatannya sebagai wakil ketua pada kelompok Western Islamic Association di Bandung.

Ia juga bergabung dengan organisasi Persatoean Oemmat Islam setelah masa perang kemerdekaan. Melalui sebuah surat panjang, Ia bahkan menyarankan pada mantan muridnya yang saat itu menjadi Presiden R.I., yaitu Ir. Soekarno agar mengarahkan republik yang baru berdiri ini menjadi Kesultanan Indonesia Islamyah.

Pada tahun 1938 Wolff Schoemaker mendapatkan tugas untuk menggantikan kakaknya, Richard sebagai pengajar di Techincal University di Delft. Dalam perjalanan menuju Belanda itu Wolff berkesempatan untuk mampir dan tinggal sebentar di Kairo, Mesir.

Setelah berada di Belanda, Wolff memutuskan untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah pada akhir tahun 1938. Pada akhir tahun 1939 Wolff kembali ke Bandung dan melanjutkan tugasnya sebagai professor di Technische Hoogeschool (ITB).

Sebagai seorang Muslim yang cukup aktif dalam kegiatan keagamaan, Wolff Schoemaker cukup disegani oleh para mahasiswa Indonesianya. Sementara kalangan mahasiswa Belanda dan orang-orang Eropa lainnya tak dapat memahami pilihan Wolff Schoemaker untuk menjadi Islam.

Dalam pengantar untuk Cultuur Islam, Wolff Schoemaker menyatakan bahwa karakter yang humanis dan toleran dalam Islam memberikan peluang bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Mungkin hal itulah yang membuat Wolff Schoemaker merasa cocok dengan pilihannya.

Wolff Schoemaker memang merupakan figur yang sangat terbuka bagi ilmu pengetahuan. Ia juga unik sehingga tidak mudah dipahami oleh lingkungannya. Tidak mudah juga untuk dapat berteman dengannya. Kebanyakan rekannya menilainya sebagai seorang yang temperamental, emosional, sekaligus juga flamboyan dan sensual.

Masjid Kaum Cipaganti merupakan salah satu karyanya pada tahun 1934. Masjid ini dibangun di Nijlandweg, di tengah-tengah kompleks permukiman bangsa Eropa di Bandung Utara pada masa pemerintahan Bupati Rd. Tg. Hassan Soemadipradja. Namun saat meninggal dunia, ia dimakamkan di TPU Kristen Pandu pada tahun 1949.*

Bandung, bewarajabar.com — Berusia 210 tahun, Kota Bandung memiliki sejumlah bangunan zaman baheula. Banyak bangunan zaman Belanda yang hingga kini masih berdiri kokoh.

Sebut saja Villa Isola, Hotel Preanger, Gedung Merdeka, Gedung Majestic, Landmark Building, Gedung Jaarbeurs, Penjara Sukamiskin, Gereja Bethel, Katedral St. Petrus, dan Masjid Raya Cipaganti.

Namun jika menyebut nama-nama bangunan tersebut, tak bisa lepas dari nama Wolff Schoemaker. Ya Wolff Schoemaker merupakan perancang semua bangunan tersebut.

Data yang dihumpun Humas Kota Bandung dari situs mooibandoeng.com, seorang pakar arsitektur dari Belanda, H.P. Berlage, pernah mengatakan bahwa Bandung adalah “kotanya Schoemaker bersaudara”. Karena Wolff Schoemaker memang memiliki seorang kakak yang juga terpandang dalam dunia arsitektur masa kolonial, yaitu Richard Schoemaker.

Charles Prosper Wolff Schoemaker dilahirkan di Banyubiru, Jawa Tengah tahun 1882. Ia menjalani pendidikan di Akademi Militer di Belanda hingga lulus dengan pangkat letnan zeni militer.

Kemudian ia kembali ke Hindia Belanda pada tahun 1905. Lalu Wolff Schoemaker bekerja sebagai arsitek militer untuk pemerintah Hindia Belanda.

Pada tahun 1911 Wolff keluar dari dinas militer dan dua tahun kemudian bekerja sebagai insinyur teknik pada Dienst Burgerlijk Openbare Werken atau Dinas Pekerjaan Umum Batavia.

Saat menjabat sebagai direktur di Gemeentewerken Batavia, diketahui ia menjadi seorang Muslim. Tidak ada informasi mengenai faktor apa yang menyebabkannya memutuskan berpindah agama saat itu.

Tak lama setelah memeluk agama Islam, Wolff Schoemaker mendapatkan gelar Kemal dari rekan-rekan muslimnya. Kegiatannya dalam dunia Islam dilakukannya melalui jabatannya sebagai wakil ketua pada kelompok Western Islamic Association di Bandung.

Ia juga bergabung dengan organisasi Persatoean Oemmat Islam setelah masa perang kemerdekaan. Melalui sebuah surat panjang, Ia bahkan menyarankan pada mantan muridnya yang saat itu menjadi Presiden R.I., yaitu Ir. Soekarno agar mengarahkan republik yang baru berdiri ini menjadi Kesultanan Indonesia Islamyah.

Pada tahun 1938 Wolff Schoemaker mendapatkan tugas untuk menggantikan kakaknya, Richard sebagai pengajar di Techincal University di Delft. Dalam perjalanan menuju Belanda itu Wolff berkesempatan untuk mampir dan tinggal sebentar di Kairo, Mesir.

Setelah berada di Belanda, Wolff memutuskan untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah pada akhir tahun 1938. Pada akhir tahun 1939 Wolff kembali ke Bandung dan melanjutkan tugasnya sebagai professor di Technische Hoogeschool (ITB).

Sebagai seorang Muslim yang cukup aktif dalam kegiatan keagamaan, Wolff Schoemaker cukup disegani oleh para mahasiswa Indonesianya. Sementara kalangan mahasiswa Belanda dan orang-orang Eropa lainnya tak dapat memahami pilihan Wolff Schoemaker untuk menjadi Islam.

Dalam pengantar untuk Cultuur Islam, Wolff Schoemaker menyatakan bahwa karakter yang humanis dan toleran dalam Islam memberikan peluang bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Mungkin hal itulah yang membuat Wolff Schoemaker merasa cocok dengan pilihannya.

Wolff Schoemaker memang merupakan figur yang sangat terbuka bagi ilmu pengetahuan. Ia juga unik sehingga tidak mudah dipahami oleh lingkungannya. Tidak mudah juga untuk dapat berteman dengannya. Kebanyakan rekannya menilainya sebagai seorang yang temperamental, emosional, sekaligus juga flamboyan dan sensual.

Masjid Kaum Cipaganti merupakan salah satu karyanya pada tahun 1934. Masjid ini dibangun di Nijlandweg, di tengah-tengah kompleks permukiman bangsa Eropa di Bandung Utara pada masa pemerintahan Bupati Rd. Tg. Hassan Soemadipradja. Namun saat meninggal dunia, ia dimakamkan di TPU Kristen Pandu pada tahun 1949.*

Tags: Charles Prosper Wolff SchoemakerGedung JaarbeursGedung MajesticGedung MerdekaGereja BethelHotel PreangerIr. SoekarnoKatedral St. PetrusLandmark BuildingMasjid CipagantiPenjara SukamiskinTechincal University di DelftTechnische HoogeschoolVilla IsolaWolff Schomaker
SendShareTweetShare
Previous Post

AKB Diperketat, Tak Taat Siap Menerima Sanksi

Next Post

Cegah Covid 19, Polsek Astanaanyar Laksanakan Sosialisasi dan Himbauan

Admin 001

Admin 001

RelatedPosts

Jelang Peringatan HJKB ke-211, Ini Sejarah Berdirinya Berbagai Tempat Ibadah di Kota Bandung
Regional

Jelang Peringatan HJKB ke-211, Ini Sejarah Berdirinya Berbagai Tempat Ibadah di Kota Bandung

18 September 2021
Sesuai Prokes, Syuting Film di Kota Bandung Diizinkan
Regional

Sesuai Prokes, Syuting Film di Kota Bandung Diizinkan

5 Februari 2021 - Updated on 7 Februari 2021
TNI-Polri Bersinergi Pengamanan  Gereja Bethel Indonesia
Berita Terkini

TNI-Polri Bersinergi Pengamanan Gereja Bethel Indonesia

1 Desember 2019
Next Post
Cegah Covid 19, Polsek Astanaanyar Laksanakan Sosialisasi dan Himbauan

Cegah Covid 19, Polsek Astanaanyar Laksanakan Sosialisasi dan Himbauan

Unit Binmas Polsek Cidadap Bagikan Masker dan Himbau 3M 1T

Unit Binmas Polsek Cidadap Bagikan Masker dan Himbau 3M 1T

Comment

Sambang Kamtibmas Ke Pasar Tradisional, Patroli Polsek Mandirancan Sampaikan Pesan Kamtibmas Kepada Petugas Parkir
TNI - Polri

Sambang Kamtibmas Ke Pasar Tradisional, Patroli Polsek Mandirancan Sampaikan Pesan Kamtibmas Kepada Petugas Parkir

by Admin 001
1 Desember 2023
0

Kuningan, Bewara Jabar - Demi terciptanya situasi aman dan kondusif di wilayah hukum Polsek mandirancan Polres Kuningan, Polsek Mandirancan melakukan...

Read more
Membuka Babak Final Four LIVOLI Divisi Utama 2023, BIN Pasundan Kalahkan Indomaret

Membuka Babak Final Four LIVOLI Divisi Utama 2023, BIN Pasundan Kalahkan Indomaret

1 Desember 2023
HUT ke-24, DPW Kota Bandung Santuni Pelajar, Gober, Hingga Pengangkut Sampah

HUT ke-24, DPW Kota Bandung Santuni Pelajar, Gober, Hingga Pengangkut Sampah

1 Desember 2023
Inflasi Kota Bandung Terkendali, Pengangguran dan Angka Kemiskinan Bisa Ditekan

Inflasi Kota Bandung Terkendali, Pengangguran dan Angka Kemiskinan Bisa Ditekan

1 Desember 2023
Final Match FIFA U-17 World Cup Indonesia 2023™  Germany vs France, Live Exclusive di Indosiar, SCTV dan Vidio

Final Match FIFA U-17 World Cup Indonesia 2023™ Germany vs France, Live Exclusive di Indosiar, SCTV dan Vidio

1 Desember 2023
Plugin Install : Widget Tab Post needs JNews - View Counter to be installed
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Sambang Kamtibmas Ke Pasar Tradisional, Patroli Polsek Mandirancan Sampaikan Pesan Kamtibmas Kepada Petugas Parkir

Sambang Kamtibmas Ke Pasar Tradisional, Patroli Polsek Mandirancan Sampaikan Pesan Kamtibmas Kepada Petugas Parkir

1 Desember 2023
Membuka Babak Final Four LIVOLI Divisi Utama 2023, BIN Pasundan Kalahkan Indomaret

Membuka Babak Final Four LIVOLI Divisi Utama 2023, BIN Pasundan Kalahkan Indomaret

1 Desember 2023
HUT ke-24, DPW Kota Bandung Santuni Pelajar, Gober, Hingga Pengangkut Sampah

HUT ke-24, DPW Kota Bandung Santuni Pelajar, Gober, Hingga Pengangkut Sampah

1 Desember 2023
Inflasi Kota Bandung Terkendali, Pengangguran dan Angka Kemiskinan Bisa Ditekan

Inflasi Kota Bandung Terkendali, Pengangguran dan Angka Kemiskinan Bisa Ditekan

1 Desember 2023
Bewarajabar.com

Copyright © 2023 Bewarajabar.com . All Rights Reserved

Portal Berita Online Jawa Barat Terpercaya

  • Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Karir
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Regional
  • TNI – Polri
  • Ekbis
  • Infotainment
  • Ragam
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Warta Sunda

Copyright © 2023 Bewarajabar.com . All Rights Reserved