Bewarajabar.com – Obyek wisata laut Pangandaran, adalah salah satu ikon obyek wisata di Jawa Barat. Pangandaran sudah terkenal sampai mancanegara, begitupun di Indonesia.
Pangandaran merupakan salah satu tujuan wisata laut sampai saat ini masih menjadi favorit, bagi wisatawan domistik dari berbagai daerah di Indonesia. Seperti Jakarta, wilayah Bogor dan sekitarnya, Bandung Raya, Cirebon dan daerah lainnya di Indonesia.
Penulis pertama kali mengenal objek wisata Pangandaran ketika masih duduk di bangku SD, kemudian tahun 1988, ketika ada rekan yang menikah di daerah Cijeungjing, saat ini keberangkatan mewakili dari kantor 5 orang, maka dilanjutkan bermain ke daerah Pangandaran, dan tiba di Pangandaran sekitar jam 12.00 wib (malam) dan keadaan saat itu, situasi Pangandaran, belum seramai sekarang.
Tiba di seputar daerah Pananjung, dekat tempat cagar budaya/hutan lindung. Kita tidak tidur di hotel/penginapan namun diluar, yang masih ingat dalam. Pikiran saya pada waktu itu, saya masih bisa memesan telur penyu yang dikukus, kemudian ketika malam berlanjut masih terdengar suara anjing hutan yang melolong.
Paginya saya dan rekan- rekan mencoba berwisata, menggunakan perahu mengelilingi hutan Pananjung. Kemudian sekitar tahun 2019, saya datang di Pangandaran karena tugas/Rakernis seluruh Jawa Barat. Saat itu tidak bisa keliling karena waktu terbatas juga tidak dengan keluarga. Dan setelah tahun baru 2022, tepatnya tanggal 2 Januari 2022, saya bersama keluarga termasuk cucu dapat berlibur di Pangandaran itupun hanya dilakukan selama 2 (dua) karena saya tidak mengambil cuti.
Promosi
Sebelum saya, berangkat ke Pangandaran, mengingat situasi Covid masih berlangsung, dengan teror varian baru Omicron. Penulis mencoba menghubungi teman seangkatan, yang berada di Ciamis, terutama untuk penginapan, situasi dan kondisi terkini. Walaupun berjauhan, tentunya yang namanya dengan angkatan ada hubungan emosional yang dekat. Dari sana sahabat saya, mengirimkan video salah satu hotel, dan setelah dicari di Google, hotel tersebut berada di Jl. Bulak Laut No. 6 Pangandaran.
Awalnya saya dan keluarga cukup gembira dengan apa yang ditayangkan di Video tersebut. Berangkat dari tempat tinggal di Bandung pada hari Senin, tanggal 2 Januari 2022 dan sampai di Pangandaran dan sampai ke tempat menginap sekitar jam 23.00 wib. Saya mencari hotel yang dikirim melalui video ternyata ada di Jl. Bulak Laut No 6 Pangandaran.
Dan begitu saya masuk ke dalam hotel menghubungi resepsionis untuk mengetahui nomor kamar, selesai langsung menuju kamar. Ketika memasuki kamar keadaan sangat berbeda dengan apa yang disajikan di video
Keadaan kamar pengap. Mungkin sudah lama tidak ada tamu, juga keadaan pintu kamar mandi rusak, keadaan di kamar mandi banyak alat yang tidak jalan, dan akhinya tidak bisa dipakai, cas Hp mati. Dan yang lebih parah lagi kamar yang diisi putra saya, WC tidak jalan air panas tidak jalan, saluran TV saat itu, saya tidak protes, atau klaim, karena, waktu sudah malam dan saya sangat menghargai teman seangkatan saya yang telah berusaha mencari tempat penginapan bagi saya dan keluarga.
Baru besoknya saya sampaikan keadaan kepada petugas hotel, dan ada upaya perbaikan khususnya tempat cas Hp. Walaupun keadaan di hotel jauh dari harapan liburan, tidak membuat semangat untuk berada di air laut bersama keluarga termasuk cucu, tidak berhenti. Dan kegiatan bermain air dilaut tidak saja dilakukan keluarga penulis, hampir seluruh pengunjung menikmati main air dan berjemur di pantai, sementara cucu, bermain pasir laut.
Aktivitas mandi dilaut tidak saja dilakukan oleh keluarga penulis, tetapi hampir oleh seluruh pengunjung.
Balawista
Beberapa kali, saya datang ke pangandaran, penulis melihat pemandangan yang hampir sama, yaitu adanya lifeguard/penjaga pantai, dengan sebuah mobil patroli berwarna kuning, bertuliskan lifeguard, dan untuk Balawista.
Penulis mencoba berdialog dengan 2 (dua) orang Anggota balawista yaitu kang Maman dan kang Dani. Penulis bertanya tentang status dari Lifeguard/balawista, apakah berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN) ataukah sukarelawan. Kang Maman menjelaskan bahwa status dari Lifeguard / Balawista bukan ASN. Lebih banyak Sukarelawan. Terkait gaji atau upah, mereka hanya mendapat tunjangan, sementara Kang Maman, tidak menyebutkan besarannya. Sungguh sangat salut dan bangga terhadap anggota Balawista/Lifeguard, mereka bekerja dengan ikhlas, bahkan kadang mengabaikan keselamatan dirinya, demi kepentingan umum. Sehingga penulis berharap ada perhatian lebih baik bagi anggota Balawista dari Pemerintah, baik Provinsi Jawa Barat, maupun daerah / Pangandaran dengan meningkatan insentif/upah yang sesuai dengan keadaan kiwari (sekarang). Bila perlu dapat menjadi ASN, juga perlu penambahan alat- alat/ kelengkapan seperti penambahan kendaraan operasional mobil, sepeda motor, perahu SAR dan lainnya. Kemudian kepada pemilik hotel diharapkan menayangkan / nampilkan keadaan hotel apa adanya, jangan sampai ada kebohongan publik. Dengan sengaja penulis sampaikan hal ini, karena penulis merasakan sendiri menerima tampilan video salah satu hotel bintang 3 (tiga), setelah dipesan ternyata tayangan di video tersebut jauh dari harapan.
Untuk itu dinas terkait (parawisata, Satpol PP dan lainnya) perlu pemantauan, terhadap hotel maupun penginapan, agar tidak berbuat hal- hal negatif, dan dapat merugikan wisatawan termasuk hotel itu sendiri.
Tetap menjalankan prokes, sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Karena kita sebagai pengunjung dengan melihat adanya petugas Balawista, kepolisian, baik Polsek, Polres, Airud, Koramil, Satpol PP dan stake holder lainnya, ketika melakukan aktivitas dilaut dan berwisata di Pangandaran menjadi “reugreug” ( tenang).
Nelayan Paceklik
Selesai kegiatan mandi dan bermain air laut. Kemudian saya dan keluarga menuju rumah makan disekitar hutan lindung Pananjung. Berdekatan dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) pasar ikan dan dalam perbincangan dengan pemilik rumah makan saat ini (Januari) nelayan sedang paceklik, namun mereka masih bisa melakukan aktivitas melaut, juga sulitnya mencari ikan dilaut seiring dengan bertambahnya para nelayan yang ada di Pangandaran, itulah penuturan pemilik rumah makan, mengakhiri pembicaraan dengan penulis. Setelah menikmati makan siang keluarga, kemudian berbelanja, untuk keperluan di hotel.
Dan berdasarkan penuturan, penjaga toko, baru setelah tanggal 2 Januari 2022, ada samacam geliat aktivitas masyarakat, khususnya, pengunjung yang datang ke Pangandaran, karena pada hari libur Natal dan malam tahun baru 2022, aktivitas di Pangandaran masih sepi. Dengan alasan masih diberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Pangandaran masih tetap menjadikan ikon dan primadona bagi kunjungan wisata laut di Jawa Barat. Selain pantai lainnya seperti Santolo, Rancabuaya, dan lainnya sehingga beberapa hal yang ditemukan dan dirasakan penulis ketika berwisata di Pangandaran, seperti video hotel yang tidak sesuai dengan kenyataan, maka perlu evaluasi dari pemilik hotel, walaupun ini terjadi karena keadaaan covid 19, hampir 2 (dua) tahun lebih wabah Covid 19 telah menyerang Indonesia, dan imbasnya kesehatan dan perekonomian, pendidikan, parawisata, sangat terpengaruh banyak perusahaan yang bangkrut, akhirnya terjadi PHK, atau dirumahkan, termasuk dunia pariwisata seperti hotel, restoran, tempat hiburan, ini terjadi bukan saja, di Pangandaran, namun hampir seluruh kota di Indonesia seperti Jakarta, Bogor, Bandung, termasuk Bali, dan Kota lainnya di Indonesia.
Dengan meredanya wabah Covid 19, walaupun masih di hantui Covid varian baru Omicrom. Namun dunia parawisata harus tetap menjaga citra parawisata. Khusus di Pangandaran dengan bangkitnya dunia parawisata, pantai (berenang, naik perahu, speed boat, berselancar), kuliner dan belanja oleh – oleh khas Pangandaran, dengan jambal rotinya, dan belanja pakaian serta yang lainnya.
Di seputar Pangandaran pun terdapat Citumang, salah satu obyek wisata alam cagar alam Pananjung, Pasir Putih dan lainnya. Sejenak rehat untuk menghilangkan penat dan berharap situasi Indonesia mulai bangkit.
Penulis, H. Jaenudin, S.Sos.
Pemerhati Kepolisian, Sosial dan Budaya.