Bewarajabar.com – CTM atau chlorpheniramine maleate adalah obat golongan antihistamin yang digunakan untuk meredakan gejala alergi yang dipicu karena obat-obatan, makanan, gigitan serangga, debu, bulu binatang, dan serbuk sari.
Gejala-gejala yang dapat diredakan dengan CTM adalah hidung tersumbat, batuk, flu, mata berair, serta gatal pada tenggorokan, kulit, hidung, dan mata.
Sistem kerja CTM adalah dengan menghambat kerja histamin (memblokir zat alami tertentu yang ada di dalam tubuh), yakni senyawa yang dapat menyebabkan munculnya gejala alergi ketika seseorang terpapar zat atau pemicu alergi.
Obat CTM belum terbukti aman dan efektif bagi anak-anak yang masih berusia di bawah 1 tahun.
Maka perlu diperhatikan mengenai penggunaan CTM untuk mengatasi gejala alergi pada anak-anak di bawah 1 tahun, kecuali atas petunjuk dokter.
Tanya dokter sekarang untuk informasi lebih lanjut terkait pemberian obat ini pada anak-anak.
Kegunaan CTM
Chlorpheniramine meleate atau CTM berguna membantu meredakan gejala alergi yang dipicu karena obat-obatan, makanan, gigitan serangga, debu, bulu binatang, dan serbuk sari.
Meskipun hanya sebatas meredakan gejala, obat ini termasuk golongan obat keras, sehingga Anda perlu bijak dalam penggunaanya sesuai dosis yang tepat.
Dosis dan Aturan Pakai CTM
CTM memiliki sediaan bentuk tablet, kaplet, sirup, dan kapsul. Selama pemakaiannya, Anda tidak diperbolehkan menambah atau mengurangi dosis sembarangan.
Sebab bisa meningkatkan risiko efek samping sangat berbahaya bagi tubuh bahkan menyebabkan kematian.
Berikut dosis dan aturan pakai CTM sediaan bentuk tablet sesuai umur, yaitu:
- Anak-anak usia 1 tahun sampai kurang dari 2 tahun: 1 mg 2 kali sehari.
- Anak-anak usia 2 sampai 5 tahun: 1 mg setiap 4 sampai 6 jam. Batas dosis maksimal per harinya adalah 6 mg.
- Anak-anak usia 6 sampai 11 tahun: 2 mg setiap 4 sampai 6 jam. Batas dosis maksimal per harinya adalah 12 mg.
- Anak usia di atas 12 tahun hingga dewasa: 4 mg setiap 4 sampai 6 jam. Batas dosis maksimal per harinya adalah 24 mg. Sementara itu, bagi orang dengan usia di atas 65 tahun, dosis maksimal CTM adalah 12 mg.
Sementara itu, untuk pemberian CTM injeksi bisa dilakukan secara intramuscular (ke otot tubuh), intravena (ke pembuluh darah), dan subkutan (ke dalam jaringan lemak subkutan).
Cara Mengonsumsi CTM
CTM adalah obat antihistamin golongan obat keras yang penggunaanya harus mengikuti resep dari dokter.
CTM tidak menyembuhkan, melainkan hanya meringankan gejala alergi yang dipicu karena obat-obatan, makanan, gigitan serangga, debu, bulu binatang, dan serbuk sari.
Sebelum Anda mengonsumsi CTM, Anda perlu memperhatikan petunjuk dari dokter atau membaca informasi yang tercantum pada kemasan obat.
CTM sediaan tablet, kaplet, sirop, dan kapsul dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan dengan bantuan air putih.
Tetapi, bagi Anda yang memiliki gangguan pada lambung, bicarakanlah terlebih dahulu kepada dokter terkait mengenai efek yang akan timbul apabila Anda meminumnya.
Mengonsumsi CTM sebaiknya dengan jarak waktu yang sama (rutin).
Apabila melewatkan satu dosis CTM dan sudah hampir waktunya untuk dosis selanjutnya, maka lewati dosis yang terlewat dan kembali pada jadwal dosis awal.
Tidak dianjurkan mengonsumsi dosis ganda untuk menggantikan dosis yang terlewat.
Perlu diperhatikan juga kandungan obat lain yang sedang Anda konsumsi.
Apabila Anda mengonsumsi obat lain dengan kandungan yang sama dengan CTM, maka bisa menyebabkan terjadinya overdosis.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mengonsumsi CTM, yaitu:
- Jangan memberikan CTM kepada anak-anak usia di bawah 2 tahun tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
- Jangan mengonsumsi CTM jika Anda memiliki alergi terhadap obat ini, dan beritahu dokter apabila Anda memiliki alergi terhadap dexchlorpheniramine atau obat lain.
- Jangan mengonsumsi CTM apabila Anda sedang mengemudikan kendaraan atau akan melakukan kegiatan yang membutuhkan kewaspadaan, karena CTM dapat menyebabkan efek pusing atau kantuk.
- Jangan mengonsumsi CTM jika Anda baru saja atau sedang menjalani pengobatan dengan MAOI (Monoamine Oxidase Inhibitors).
- Hendaklah segara menemui dokter apabila Anda mengalami reaksi alergi obat atau overdosis setelah mengonsumsi CTM.
- Beri tahu dokter apabila Anda sedang mengonsumsi obat, suplemen, atau produk herbal lain.
- Beri tahu dokter apabila Anda sedang atau pernah mengidap diabetes, asma, bronkitis emfisema, fenilketonuria, glaukoma, penyakit jantung, hipertensi, penyakit liver, hipertiroidisme, obstruksi usus, pembesaran prostat, tukak lambung, kecanduan alkohol, dan kejang.
- Beri tahu dokter apabila Anda sedang merencanakan kehamilan, hamil, atau menyusui.
- Beri tahu dokter apabila Anda sedang mengonsumsi CTM, terutama jika Anda berencana untuk menjalani sebuah operasi, termasuk operasi gigi.
Obat yang Sebaiknya Dihindari dari CTM
Interaksi obat yang dapat timbul apabila CTM digunakan dengan obat lain. Karena itu, beberapa obat berikut sebaiknya dihindari penggunaannya bersamaan dengan CTM, yaitu:
- Dapat menghambat metabolisme phenytoin sehingga bisa meningkatkan risiko terjadinya keracunan obat.
- Meningkatnya efek antimuskarinik dari MAOI (Monoamine Oxidase Inhibitors).
- Meningkatnya efek kantuk dan risiko terjadinya komplikasi apabila digunakan dengan obat anti nyeri golongan opioid, obat penenang, obat anti ansietas, dan obat antipsikotik.
- Meningkatnya efek antimuskarinik dari antidepresan trisiklik.
Efek Samping CTM
Berikut adalah beberapa efek samping yang akan timbul setelah mengonsumsi CTM, antara lain:
- Pusing
- Kantuk
- Mual
- Sakit Kepala
- Selera makan berkurang
- Muntah
- Mulut, hidung, serta tenggorokan kering
- Sembelit
- Penglihatan kabur
- Jantung berdebar