Sekretaris Satgas Pemulihan Ekonomi Jabar Ipong Witono mengatakan, setiap Pokja terdiri dari unsur pemerintah, dunia usaha, dan akademisi. Dengan melibatkan ketiga unsur tersebut, aspirasi dari Pokja diharapkan komprehensif, yakni menggambarkan permasalahan sektor-sektor ekonomi secara utuh sekaligus menawarkan solusinya.
“Tahap sinkronisasi ini mengonfirmasi aspirasi dengan kebijakan-kebijakan yang sudah ada. Jadi setelah aspirasi masuk, di-matriks mana yang masuk ke pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota. Masing-masing dicarikan payung hukumnya, dicari kebijakan. Aspirasi tersebut diklasifikasi dalam kategori program penyelamatan, pemulihan dan penormalan diajukan sebagai rekomendasi program pemulihan ekonomi Jabar”, ucap Ipong.
Ipong mencontohkan aspirasi Pokja Ketahanan Pangan. Ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas pemulihan ekonomi karena pertanian mampu bertahan di tengah pandemi COVID-19. Saat semua sektor terpukul pandemi, pertanian justru mengalami peningkatan sebesar 7,64 persen secara year on year. Secara quarter to quarter, pertanian meningkat lebih besar, yakni 45,86 persen.
Meski pertanian mengalami peningkatan saat pandemi, tetapi daya serap pasar menurun. Maka itu, pemberian kredit murah, akses pemasaran, dan bantuan program usaha akan dilakukan. Salah satunya ekstensifikasi dan urban farming.
“Di Pokja Ketahanan Pangan ada banyak lintas dinas. Ada unsur dinas terlibat. Jadi, kami berkolaborasi mencari solusi bagaimana Ketahanan Pangan ini bisa menggerakkan kembali ekonomi Jabar,” katanya.
Ipong menegaskan, Satgas Pemulihan Ekonomi Jabar mesti menghadirkan terobosan. Pemulihan ekonomi tidak bisa dilakukan dengan pendekatan normatif dan birokratis karena pandemi COVID-19 menghentikan supply dan demand sekaligus.