Wali Kota Bandung, Oded M. Danial menjenguk anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung yang menjadi korban insiden saat pengamanan aset Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung di RW 11 Tamansari pada Kamis (12/12/2019) lalu. Wali kota mengunjungi salah satu rumah korban di RW 02 Kelurahan Cigadung, Kecamatan Cibeunying Kaler, Senin (16/12/2019). Saat pengamanan aset, sebanyak delapan anggota Satpol PP dan satu orang petugas dari Polrestabes Bandung menjadi korban. Beberapa korban masih menjalani perawatan karena mengalami luka memar, pergeseran tulang hingga luka robek yang harus mendapat jahitan.* (Foto:Humas)
BANDUNG, bewarajabar.com — Pengamanan aset Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung di RW 11 Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan pada Kamis (12/12/2019) lalu, menyisakan cerita bagi anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol) PP Kota Bandung.
Pada saat menjalankan tugas, mereka mendapat perlawanan dari sejumlah warga. Para anggota Satpol PP ini menjadi sasaran pelembaran batu dan pukulan.
Seperti dituturkan Cecep Wawan, Kepala Unit Perlindungan Masyarakat (Linmas) Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung kepada Wali Kota Bandung, Oded M. Danial yang mengunjunginya dan anggota Satpol PP lainnya yang menjadi korban insiden tersebut di RW 02 Kelurahan Cigadung, Kecamatan Cibeunying Kaler, Senin (16/12/2019). Oded didampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna dan Kepala Satpol PP Kota Bandung, Rasdian Setiadi
Cecep menderita luka di sekitar tangannya serta memar-memar di beberapa persendian akibat dipukuli. Saat insiden terjadi, Cecep yang hawatir keselamatan anggotanya terancam, berusaha mencari anggotanya ke sejumlah tempat. Begitu mendapati anggotanya berada di dekat bangunan rumah, Cecep menginstruksikan untuk mundur.
Namun nahas, saat anggotanya telah berada di lokasi yang aman, Cecep justru tertinggal dan dihadang oleh sejumlah orang. Tak ayal, hantaman dan pukulan kayu mendarat di tubuhnya. Beruntung, ia masih sempat mencari celah untuk melepaskan diri dari kerumunan untuk berlari ke tempat aman. “Ketika rusuh mau ke bawah mengamankan anggota. Saya di bawah itu terakhir yang tersisa. Dihadang dan dihajar oleh sekitar tujuh orang lebihlah. Dipukul itu pakai kayu,” katanya. Cecep mengungkapkan, saat pengamanan di Tamansari, ia mendapati sejumlah orang membawa senjata tajam. Melihat hal itu, ia sempat mengikuti pergerakan mereka.
“Kita pengamanan di gang, kita masuk amankan dulu biar massa tidak masuk. Tapi saya lihat ada beberapa orang bawa golok. Terus lapor pimpinan sama petugas polisi dan TNI. Dia pergi, saya ikutin ternyata dia menyimpan barang. Akhirnya goloknya ketemu pas sudah pengosongan,” paparnya.
Keberadaan oknum yang membawa senjata tajam juga terpantau oleh anggota Satpol PP Kota Bandung lainnya, Anjani Sopian. Setelah melaporkan pada pimpinannya, dia lantas kembali bergabung dengan unit pengamanan.
Anjani yang fokus mengawasi situasi kemudian melihat gelagat adanya pelemparan oleh massa. Dia bergegas untuk melindungi rekannya, namun nahas justru dirinyalah yang terkena pelemparan hingga melukai pelipis mata dan tulang hidungnya.
“Saya laporan sama polisi, ada yang bawa golok. Terus saya lihat ada yang mau lempar ke Satgas Tantribum. Saya coba menghalangi, ternyata yang dilempar pot bunga,” tutur Anjani. Kronologis serupa juga dialami oleh anggota lainnya, Rian Gustafari. Ketika melihat oknum yang membawa senjata tajam, dia bersama petugas Satpol PP lainnya mencoba bertahan dari hantaman. Serupa dengan rekannya, kondisi Rian tidak lebih baik karena tulang bahunya bergeser.
“Mau mengamankan yang bawa golok. Pas diamankan, temannya yang lainnya lempar batu. Kita mendorong, tetapi dilempar terus ditendang. Akibatnya, bagian bahu (tulang) ini geser,” ungkap Rian.
Anggota Satpol PP lainnya, Didin Taqiyudin hingga kini masih terus menjalani perawatan. Dia terkena lemparan batu di bagian kepala dan mengalami luka robek cukup serius. Ia harus mendapatkan sejumlah jahitan.
Sebelum kericuhan, Didin beserta rekan-rekannya sudah diberi instruksi agar tetap bertahan tanpa perlawanan apabila terdapat provokasi fisik. Sampai akhirnya seluruh anggota Satpol PP diinstruksikan mundur dari area pengamanan aset.
“Itu banyak kata-kata kotor dan kasar. Kita juga terus ditendang, tapi kita harus menahan diri karena diinstruksikan tetap humanis, jangan sampai arogan,” ungkap Didin. (*)