Dicky tidak memungkiri apabila perubahan XTC menjadi sebuah ormas berbasis kepemudaan belum sepenuhnya diterima oleh seluruh anggota. Mengingat masih minimnya pemahaman terhadap makna keorganisasian dan peran pentingnya di tengah masyarakat.
“Visi saya sebenarnya mempersatukan. Karena sudah banyak yang terpisah. Asalnya kita klub motor dan jadi organisasi ada yang suka dan tidak suka. Saya akan rangkul semuanya yang ada di elemen mengatasnamakan agar komando jelas dari hulu ke hilir bisa terarah,” jelasnya.
Untuk itu, Dicky akan melakukan pendekatan dengan berbasis minat dan potensi XTC di masing-masing daerah. Baik itu sebagai ormas, keluarga ataupun tetap berkecimpung menekuni dunia otomotif agar lebih terarah secara positif.
“Yang suka dengan klub motornya akan saya arahkan ke IMI Jabar. Di keluarga besarnya akan saya arahkan bagaimana bersilaturahmi yang bisa berdampak terhadap masyarakat. Di ormas, saya edukasi tentang nilai, pandangan dari anggota terhadap organisasi ataupun pemimpin agar pemahaman di organisasi matang,” bebernya.
Lebih lanjut Dicky juga mengajak kepada semua anggota XTC seluruh Indonesia dan Jawa Barat khususnya agar bisa berpartisipasi menjaga daerahnya masing-masing tetap kondusif. Kemudian menjalin lebih banyak kolaborasi bersama masyarakat untuk membuat berbagai kegiatan yang bermanfaat.
Ajakan serupa juga dilontarkan Dicky untuk seluruh ormas yang berbasis kepemudaan ataupun otomotif agar senantiasa berkontribusi bagi masyarakat. Terlebih di suasana pandemi Covid-19 yang saat ini memerlukan kolaborasi dari banyak pihak.
“Buat organisasi serupa kita harus bisa menjaga ketertiban lalu lintas dan ketentraman kota yang kita cintai ini. Akhirnya kita saling menjaga dan mengingatkan agar tidak ada kejadian yang tidak diinginkan masyarakat,” ungkapnya.
“Karena sekarang di masa pandemi gara-gara tidak ada tilang ini jadi seenaknya. Walaupun polisi tidak fokus penilangan tapi kita harus mengerti. Kalau lalu lintas di jalan, yang celaka bukan hanya kita tapi ada orang lain juga,” tututnya