PANGANDARAN, BEWARAJABAR.COM — Rencana pembangunan pemecah gelombang atau di sebut breakwater di objek wisata pantai barat Pangandaran perlu dilakukan beberapa pengkajian. Demikian disampaikan Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata saat menghadiri sosialisasi pembangunan breakwater pantai barat di aula Desa Pananjung, Kecamatan Pangandaran.
Sosialisasi ini juga dihadiri oleh beberapa pihak diantaranya seperti Dinas Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Barat, Kementerian Kelautan Dan Perikanan, Pemerintah Kab Pangandaran serta ratusan pemilik perahu yang tergabung dalam Organisasi Perahu Pesiar Pangandaran (OP3).
Jeje mengatakan, pemerintah daerah akan mulai menata pantai barat dan pantai timur Pangandaran. Tahun ini sisa-sisa perahu nelayan yang masih ada pantai barat dipusatkan ke pantai timur.
“Cuma perahu pesiar yang tetap berada di pantai barat. Nanti perahu pesiarnya di kasih tanda supaya tidak beranak lagi,” ucap Jeje kepada wartawan, Senin, 6 Mei 2019.
Kata Jeje, menurut laporan jumlah perahu pesiar di pantai Pangandaran berjumlah 150 perahu. “120 perahu pesiar mangkal di pantai barat, 30 perahu lagi di pantai timur,” katanya.
Jeje mengatakan, pembangunan breakwater di pantai barat senilai 40 miliar yang akan dilakukan pada tahun 2019 sepanjang 250 meter itu harus dilakukan pengkajian “Harus dikaji sama yang ahlinya, karena jangan sampe breakwater dibangun ada dampak negatifnya baik bagi wisatawan maupun kelestarian pantainya,” ujar Jeje.
Menurut Jeje, melihat dari beberapa pertimbangan maka pembangunan breakwater yang akan dilakukan tahun ini perlu dikaji terlebih dahulu “Pembangunan breakwater kewenangannya ada di Dinas SDA Provinsi Jawa Barat,” jelasnya.
Kepala UPTD Ciwulan Cilaki Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, Dikky Ahmad Sidik yang juga hadir dalam acara sosialisasi tersebut mengatakan, terkait pembangunan breakwater di pantai Pangandaran ini tujuan awalnya ingin menambah kegiatan wisata air yang ada di pantai. “Artinya untuk meningkatkan keselamatan,” ujarnya.
Namun menurut Dikky, dalam pembangunan breakwater ini perlu perencanaan yang matang dengan melibatkan konsultasi publik. Berdasarkan perencanaan, pembangunan breakwater yang memiliki tiga alternatif tiga sekat itu (cagar alam, tengah dan Pangandaran Sunset) menurut tim perencanaan kata Dikky, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dari efek teknis dan harus dikaji dari aspek sosialnya.
“Seperti kata para pemilik perahu pesiar yang hadir, dengan breakwater ini dikhawatirkan akan mengganggu manuver perahu pesiar,” ucapnya.
Dikky berharap, mudah-mudahan dalam kurun waktu satu bulan ini, kajian sudah ada win win solution dan bisa dipilih satu dari tiga lokasi alternatif tadi sehingga breakwater bisa segera di bangun. “Direncanakan pembangunan breakwater bisa dilaksanakan sekitar bulan Agustus besok. Dan sekarang sedang dalam tahap pengadakan konsultan manajemen konstruksi,” katanya
Adapun tujuan dibangunnya breakwater tersebut kata Dikky, yang utama untuk kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung wisata yang datang ke pantai Pangandaran, dimana di pantai Pangandaran ini tidak semuanya bisa dijadikan zona berenang. “Kalau kita lihat di sepanjang panjang pantai Pangandaran semua dipenuhi oleh wisatawan baik itu di zona larangan berenang, nah breakwater ini untuk menambah area atau zona berenang di pantai barat Pangandaran,” ujarnya
Gambaran breakwater menurut Dikky, berupa blok beton yang di pasang dengan berbagai macam ukuran hingga batas rata pada posisi air laut sedang surut “Jadi breakwater dipasang tidak sampai ke atas permukaan laut dan berada di bawah gelombang, sehingga tidak kelihatan di atas permukaan dan tidak mengganggu view pantai. Seperti pak Gubernur sering sampaikan Hawai Hawai ya maksudnya seperti itu. Kalau di Bali seperti di pantai Nusa Dua Sanur,” pungkasnya
Sementara menurut Sekretaris Balawista Kabupaten Pangandaran Asep Kusdinar, dengan rencana pembangunan breakwater di pantai barat Pangandaran bisa sedikit mengurangi resiko kecelakaan laut. “Tapi bergantung nanti breakwaternya mau di pasang sebelah mana karena bisa juga mengganggu, jadi harus benar-benar dikaji dulu,” katanya.***