Bewarajabar.com – Singapura baru saja mendeteksi 2 kasus pertama varian Omicron atau B.1.1.529, diketahui merupakan kasus impor dari pelancong asal Afrika Selatan.
Berdasarkan laporan Otoritas Kesehatan Singapura, kedua pelancong tersebut kini menjalani karantina di National Center for Infectious Diseases (NCID).
“Hasil tes PCR mereka menunjukkan adanya S-gene Target Failure yang mungkin berhubungan dengan varian Omicron. Laboratorium kesehatan masyarakat sedang melakukan genome sequencing untuk mengkonfirmasi,” terang Kementerian Kesehatan Singapura.
Dilansir dari laman Detik.com, Sabtu (4/12/2021) Pasien pertama berusia 44 tahun, tiba di Singapura dari Mozambique, sempat transit di Johannesburg, Afrika Selatan. Pasien kedua berusia 41 tahun, tiba di Singapura dari Afrika Selatan.
Keduanya langsung menjalani tes PCR (polymerase chain reaction) setibanya di Singapura dan langsung diwajibkan menjalani isolasi.
Berikut fakta-fakta seputarnya:
1. Kedua pelancong sudah divaksinasi dosis lengkap
Otoritas Kesehatan Singapura melaporkan, kedua pelancong asal Afrika Selatan tersebut sudah menerima dosis lengkap vaksin COVID-19. Meski begitu, kontak dekat kedua pasien tersebut diwajibkan menjalani karantina selama 10 hari di fasilitas yang ditetapkan, serta wajib menjalani tes PCR di awal dan akhir masa karantina.
2. Gejala tergolong ringan
Di samping informasi terkait vaksinasi, kedua pasien tersebut juga dikabarkan mengalami gejala COVID-19 tergolong ringan. Di antaranya batuk dan gatal tenggorokan.
3. Kemenkes sebut varian Omicron belum ada di Indonesia
Menanggapi kabar temuan varian Omicron di Singapura, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi, MEpid, menyebut hingga saat ini varian tersebut belum ditemukan di Indonesia.
4. Pakar meyakini varian Omicron sebenarnya sudah masuk RI
Dalam kesempatan lainnya, ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, menyebut kasus infeksi varian Omicron sebenarnya sudah tentu ada di Indonesia. Ia menyinggung genomic surveillance Indonesia yang masih berada di bawah satu persen.
“Kemungkinan bahwa varian ini sudah ada atau terdeteksi setidaknya 1, 2, 3 (kasus) itu ya tentu ada, karena pertama kalau bicara ketika varian ditemukan iya bukan berarti pada hari itu dia benar-benar baru muncul, kan nggak seperti itu,” terang Dicky,Kamis (2/12/2021).
Ditambah menurutnya, potensi varian Omicron sudah masuk RI semakin kuat lantaran peraturan karantina sempat dilonggarkan.